Sabtu, 12 Mei 2012

HARRY POTTER and the Order of the Phoenix -- BAB TUJUH -- Kementerian Sihir


HARRY  POTTER
and the Order of  the Phoenix


-- BAB  TUJUH --
Kementerian Sihir

Harry terbangun pukul setengah enam pagi berikutnya dengan kasar seakan-akan seseorang telah berteriak di telinganya. Selama beberapa saat dia berbaring tidak bergerak selagi prospek dengar pendapat itu memenuhi setiap partikel kecil dari otaknya, lalu, tidak mampu lagi menahannya, dia melompat dari tempat tidur dan memakai kacamatanya. Mrs Weasley telah meletakkan celana jins dan baju kausnya yang baru dicuci di kaki tempat tidurnya. Harry memakainya. Lukisan kosong di dinding mencibir.
    Ron terbaring telentang dengan mulut terbuka, tertidur nyenyak. Dia tidak bergerak ketika Harry menyeberangi ruangan, melangkah ke puncak tangga dan menutup pintu pelan-pelan. Mencoba tidak memikirkan kali berikutnya dia akan berjumpa dengan Ron, ketika mereka mungkin bukan teman sekolah di Hogwarts lagi, Harry berjalan dengan pelan menuruni tangga, melewati kepala-kepala nenek moyang Kreacher, dan turun ke dapur.
    Dia telah mengharapkan dapur itu kosong, tapi ketika dia mencapai pintu dia mendengar suara-suara pelan di sisi lain. Dia mendorong pintu itu hingga terbuka dan melihat Mr dan Mrs Weasley, Sirius, Lupin dan Tonks duduk di sana hampir seolah-olah mereka sedang menunggunya. Semuanya berpakaian lengkap kecuali Mrs Weasley yang mengenakan sebuah gaun longgar berwarna ungu. Dia melompat bangkit saat Harry masuk.
    'Makan pagi,' katanya selagi dia menarik keluar tongkatnya dan bergegas ke api.
    'P -- p -- pagi, Harry,' Tonks menguap. Rambutnya pirang dan keriting pagi ini. 'Tidur nyenyak?'
    'Yeah,' kata Harry.
    'Aku t -- t -- telah terjaga semalaman,' katanyan dengan kuapan menggetarkan lagi. 'Kemari dan duduklah ...'
    Dia menarik keluar sebuah kursi, menjatuhkan satu lagi di sampingnya sewaktu melakukannya.
    'Apa yang kau mau, Harry?' Mrs Weasley memanggil. 'Bubur? Muffin? Ikan asap? Daging dan telur? Roti panggang?'
    'Cukup -- cukup  roti panggang saja,' kata Harry.
    Lupin memandang Harry sekilas, lalu berkata kepada Tonks, 'Apa yang kau katakan mengenai Scrimgeour?'
    'Oh ... yeah ... well, kita perlu lebih berhati-hati, dia telah menanyakan pertanyaan-pertanyaan aneh kepada Kingsley dan aku ...'
    Harry merasa agak berterima kasih karena dia tidak perlu bergabung dalam percakapan. Bagian dalam tubuhnya menggeliat. Mrs Weasley menempatkan sejumlah roti panggang dan selai jeruk di depannya; dia mencoba makan, tapi rasanya seperti mengunyah karpet. Mrs Weasley duduk di sisinya yang lain dan mulai mengurusi kaosnya, memasukkan labelnya dan merapikan lipatan-lipatan di bahunya. Dia berharap hal itu tidak dilakukannya.
    '... dan aku akan harus memberitahu Dumbledore bahwa tidak bisa melakukan tugas malam besok, aku hanya terlalu letih,' Tonks menyelesaikan sambil menguap lebar-lebar lagi.
    'Aku akan menggantikanmu,' kata Mr Weasley. 'Aku baik-baik saja, lagipula aku punya laporan yang harus diselesaikan ...'
    Mr Weasley tidak memakai jubah penyihir melainkan sepasang celana panjang bergaris-garis dan sebuah jaket penerbang tua. Dia berpaling dari Tonks kepada Harry.
    'Bagaimana perasaanmu?'
    Harry mengangkat bahu.
    'Segalanya akan segera berakhir,' Mr Weasley berkata untuk menguatkan. 'Dalam  beberapa jam kau akan dilepaskan.'
    Harry tidak berkata apa-apa.
    'Dengar pendapatnya ada di lantaiku, dalam kantor Amelia Bones. Dia Kepala Departemen Penegakan Hukum Sihir, dan merupakan orang yang akan menanyaimu.'
    Harry menganguk, masih tidak mampu memikirkan apapun untuk dikatakan.
    'Jangan kehilangan kendali,' kata Sirius dengan mendadak. 'Bersikap sopan dan tetap pada fakta.'
    Harry mengangguk lagi.
    'Hukum ada di pihakmu,' kata Lupin dengan pelan. 'Bahkan penyihir di bawah umur dibolehkan menggunakan sihir dalam situasi yang mengancam nyawa.'
    Sesuatu yang sangat dingin mengucur di balik leher Harry, sejenak dia mengira seseorang menempatkan Mantera Penghilang-Ilusi kepada dirinya, lalu dia menyadari bahwa Mrs Weasley sedang menyerang rambutnya dengan sebuah sisir basah. Dia menekan keras ke puncak kepalanya.
    'Tidak pernahkah rambutmu jadi rata?' dia berkata dengan putus asa.
    Harry menggelengkan kepalanya.
    Mr Weasley memeriksa jam tangannya dan memandang kepada Harry.
    'Kukira kita harus pergi sekarang,'  katanya. 'Kita agak kepagian, tapi kukira kau lebih baik di Kementerian daripada berkeliaran di sini.'
    'OK,' kata Harry dengan otomatis, sambil meletakkan roti panggangnya dan bangkit.
    'Kau akan baik-baik saja, Harry,' kata Tonks, sambil menepuk lengannya.
    'Semoga berhasil,' kata Lupin. 'Aku yakin semuanya akan baik-baik saja.'
    'Dan kalau tidak,' kata Sirius dengan suram, 'akan kutemui Amelia Bones untukmu ...'
    Harry tersenyum lemah. Mrs Weasley memeluknya.
    'Kami semua menyilangkan jari kami,' katanya.
    'Benar,' kata Harry. 'Well ... kalau begitu sampai jumpa nanti.'
    Dia mengikuti Mr Weasley ke atas dan menyusuri aula. Dia bisa mendengar dengkuran ibu Sirius dalam tidurnya di belakang tirainya. Mr Weasley membuka pintu dan mereka melangkah ke fajar yang dingin dan kelabu.
    'Anda tidak biasanya berjalan ke tempat kerja, 'kan?' Harry menanyainya ketika mereka berjalan dengan cepat mengelilingi alun-alun.
    'Tidak, aku biasanya ber-Apparate,' kata Mr Weasley, 'tapi tentu saja kamu tidak bisa, dan kukira yang terbaik adalah kita tiba dengan cara yang benar-benar non-magis ... memberi kesan yang lebih baik, mengingat untuk apa kau didisiplinkan ...'
    Mr Weasley menyimpan tangannya di dalam jaketnya selagi mereka berjalan. Harry tahu tangan itu menggenggam erat tongkatnya. Jalan-jalan yang sering dilalui itu hampir lengang, tapi ketika mereka tiba di stasiun bawah tanah yang menyedihkan mereka menemukannya sudah penuh akan orang-orang yang akan berangkat kerja di pagi hari. Seperti biasanya ketika dia berada dalam jarak dekat dengan para Muggle yang melaksanakan urusan sehari-hari mereka, Mr Weasley sulit mengekang rasa antusiasnya.
    'Benar-benar hebat,' dia berbisik, sambil menunjuk mesin-mesin tiket otomatis. 'Luar biasa cemerlang.'
    'Mesin-mesin itu rusak,' kata Harry sambil menunjuk ke tandanya.
    'Ya, tapi walaupun begitu ...' kata Mr Weasley, sambil tersenyum kepada mereka dengan senang.
    Mereka membeli tiket dari seorang penjaga yang tampak mengantuk (Harry menangani transaksi itu, karena Mr Weasley tidak begitu pandai dalam hal uang Muggle) dan lima menit kemudian mereka telah menaiki sebuah kereta bawah tanah yang berderak membawa mereka menuju pusat kota London. Mr Weasley terus memeriksa dan memeriksa ulang Peta Bawah Tanah di atas jendela dengan cemas.
    'Empat pemberhentian lagi, Harry ... Tiga pemberhentian lagi sekarang ... Tinggal dua pemberhentian, Harry ...'
    Mereka turun di sebuah stasiun di jantung kota London, dan tersapu dari kereta api itu dalam luapan pria dan wanita bersetelan jas yang membawa tas kantor. Mereka menaiki eskalator, melalui penghalang tiket (Mr Weasley senang melihat cara alat itu menelan tiketnya), dan muncul ke sebuah jalan lebar yang dibarisi gedung-gedung yang tampak sesak dan sudah penuh dengan lalu lintas.
    'Di mana kita?' kata Mr Weasley dengan hampa, dan selama beberapa saat yang mendebarkan Harry mengira mereka turun di stasiun yang salah walaupun Mr Weasley terus memperhatikan peta; tapi sedetik kemudian dia berkata, 'Ah ya ... lewat sini, Harry,' dan menuntunnya menyusuri satu sisi jalan.
    'Maaf,' katanya, 'tapi aku belum pernah datang lewat kereta api dan kelihatannya agak berbeda dari sudut pandang Mugglel. Bahkan kenyataannya, aku belum pernah menggunakan pintu masuk tamu sebelumnya.'
    Semakin jauh mereka berjalan, semakin kecil dan kurang sesak gedung-gedungnya, sampai akhirnya mereka mencapai sebuah jalan yang mengandung beberapa kantor yang tampak agak kusam, sebuah pub dan sebuah tong sampah yang kepenuhan. Harry telah mengharapkan lokasi yang lebih mengesankan untuk Kementerian Sihir.
    'Di sinilah kita,' kata Mr Weasley dengan ceria, sambil menunjuk ke sebuah kotak telepon tua berwarna merah yang kehilangan beberapa panel kaca dan berdiri di sebelah sebuah dinding yang penuh coretan. 'Setelah kau, Harry.'
    Dia membuka pintu kotak telepon itu.
    Harry melangkah ke dalam, sambil bertanya-tanya apa maksudnya ini. Mr Weasley melipat dirinya ke samping Harry dan menutup pintu. Tempatnya sangat pas; Harry terdesak ke alat penelepon, yang bergantung miring dari dinding seakan-akan seorang perusak telah mencoba menariknya lepas. Mr Weasley menjangkau alat penerima melewati Harry.
    'Mr Weasley, kukira yang ini mungkin rusak juga,' Harry berkata.
    'Tidak, tidak, aku yakin baik-baik saja,' kata Mr Weasley sambil memegang alat penerima di atas kepalanya dan menatap pemutarnya. 'Mari lihat ... enam ...' dia memutar angka itu, 'dua ... empat ... dan empat lagi ... dan dua lagi ...'
    Ketika pemutar ini berdesing balik ke tempatnya, sebuah suara wanita yang tenang terdengar di dalam kotak telepon itu, bukan dari alat penerima di tangan Mr Weasley, tetapi keras dan jelas seakan-akan seorang wanita yang tidak tampak sedang berdiri tepat di samping mereka.
    'Selamat datang di Kementerian Sihir. Tolong sebutkan nama dan urusan Anda.'
    'Er ...' kata Mr Weasley, jelas tidak yakin apakah harus berbicara ke dalam alat penerima. Dia memutuskan dengan memegang corong ke telinganya, 'Arthur Weasley, Kantor Penyalahgunaan Benda-Benda Muggle, ke sini untuk mengawal Harry Potter, yang telah diminta untuk menghadiri sidang dengar pendapat kedisiplinan ...'
    'Terima kasih,' kata suara wanita yang tenang itu. 'Pengunjung, harap mengambil lencana dan menyematkannya ke bagian depan jubah Anda.'
    Ada suara klik dan derak, dan Harry melihat sesuatu meluncur keluar dari luncuran logam tempat koin-koin kembalian biasanya muncul. Dia memungutnya: itu adalah sebuah lencana perak persegi dengan tulisan Harry Potter, Dengar Pendapat Kedisiplinan di atasnya. Dia menyematkannya ke bagian depan kaosnya ketika suara wanita itu berbicara lagi.
    'Pengunjung Kementerian, Anda diharuskan melalui pemeriksaan dan menyerahkan tongkat Anda untuk diregistrasi di meja keamanan, yang terletak di ujung jauh dari Atrium.'
    Lantai kotak telepon bergetar. Mereka tenggelam pelan-pelan ke bawah tanah. Harry mengamati dengan gelisah selagi trotoar tampak naik melewati jendela-jendela kaca dari kotak telepon hingga kegelapan menutupi kepala mereka. Lalu dia tidak bisa melihat apa-apa sama sekali; dia hanya bisa mendengar suara menggilas yang membosankan ketika kotak telepon itu semakin turun ke dalam bumi. Setelah sekitar satu menit, walaupun terasa jauh lebih lama bagi Harry, seberkas cahaya keemasan menerangi kakinya dan, semakin melebar, menaiki tubuhnya, sampai menghantamnya di wajah dan dia harus berkedip untuk menghentikan matanya berair.
    'Kementerian Sihir mengharapkan Anda melalui hari yang menyenangkan,' kata suara wanita itu.
    Pintu kotak telepon mendadak terbuka dan Mr Weasley melangkah keluar, diikuti oleh Harry, yang mulutnya telah terbuka.
    Mereka sedang berdiri di salah satu ujung dari sebuah aula yang sangat panjang dan bagus dengan lantai kayu gelap yang digosok mengkilap. Langit-langit biru merak bertatahkan simbol-simbol keemasan yang berkilauan yang terus bergerak dan berubah-ubah seperti papan penujuk yang sangat besar. Dinding-dindig di kedua sisi diberi panel kayu gelap mengkilat dan memiliki banyak perapian berbingkai yang ditempatkan padanya. Tiap beberapa detik seorang penyihir wanita atau pria akan muncul dari salah satu perapian di sisi kiri dengan bunyi whoosh lembut. Di sisi kanan, antrian-antrian pendek terbentuk di depan masing-masing perapian, menunggu untuk berangkat.
    Di tengah aula ada sebuah air mancur. Sekelompok patung keemasan, berukuran lebih besar dari aslinya, berdiri di tengah sebuah kolam melingkar. Yang tertinggi dari mereka semua adalah seorang penyihir pria yang tampak mulai dengan tongkatnya yang menunjuk tegak ke udara. Berkelompok di sekitarnya ada seorang penyihir wanita cantik, centaur, goblin dan peri-rumah. Tiga yang terakhir sedang memandang ke atas dengan penuh pemujaan kepada si penyihir wanita dan pria. Semburan air yang berkilauan terbang dari ujung-ujung tongkat mereka, ujung anak panah si centaur, puncak topi si goblin dan dari tiap-tiap telinga si peri-rumah, sehingga suara air jatuh yang berdenting ditambahkan ke suara pop dan crack orang-orang yang ber-Apparate dan suara bising langkah-langkah kaki ketika ratusan penyihir wanita dan pria, kebanyakan memiliki tampang pagi yang murung, berjalan menuju serangkaian gerbang keemasan di ujung jauh dari aula itu.
    'Lewat sini,' kata Mr Weasley.
    Mereka bergabung dengan gerombolan, mengambil jalan di antara para pekerja Kementerian, beberapa di antaranya membawa tumpukan-tumpukan perkamen, yang lain membawa tas-tas kerja yang penyok; yang lainnya lagi sedang membaca Daily Prophet selagi berjalan. Ketika mereka melewati air mancur itu Harry melihat Sickle-Sickle perak dan Knut-Knut tembaga berkilauan ke arahnya dari dasar kolam. Tanda corengan kecil di sampingnya bertuliskan:
    SEMUA PEMASUKAN DARI AIR MANCUR PERSAUDARAAN SIHIR AKAN DIBERIKAN
    KEPADA RUMAH SAKIT ST MUNGO UNTUK PENYAKIT DAN LUKA SIHIR
Kalau aku tidak dikeluarkan dari Hogwarts, aku akan memasukkan sepuluh Galleon, Harry menemukan dirinya berpikir dengan putus asa.
   'Sebelah sini, Harry,' kata Mr Weasley, dan mereka melangkah keluar dari aliran pegawai Kementerian yang menuju gerbang-gerbang keemasan itu. Duduk di meja di sebelah kiri, di bawah tanda yang bertuliskan Keamanan, seorang penyihir yang cukurannya jelek dalam jubah biru merak melihat ke atas ketika mereka mendekat dan meletakkan Daily Prophetnya.
    'Aku mengawal seorang tamu,' kata Mr Weasley sambil memberi isyarat kepada Harry.
    'Melangkahlah ke sini,' kata penyihir itu dengan suara bosan.
    Harry berjalan lebih dekat kepadanya dan penyihir itu memegang sebuah tongkat keemasan panjang yang tipis dan luwes seperti antena mobil, dan melewatkannya ke atas dan ke bawah bagian depan dan belakang tubuh Harry.
    'Tongkat,' gerutu penyihir keamanan kepada Harry sambil meletakkan instrumen keemasan itu dan mengulurkan tangannya.
    Harry mengeluarkan tongkatnya. Penyihir itu menjatuhkannya ke sebuah instrumen kuningan aneh, yang  tampak seperti satu set timbangan dengan hanya satu piring. Instrumen itu mulai bergetar. Secarik perkamen panjang keluar dengan cepat dari lubang di dasarnya. Penyihir itu mengoyaknya dan membaca tulisan di atasnya.
    'Sebelas inci, inti bulu phoenix, telah digunakan selama empat tahun. Itu benar?'
    'Ya,' kata Harry dengan gugup.
    'Akan kusimpan ini,' kata penyihir itu, sambil menusukkan perkamen itu ke sebuah paku besar kuningan. 'Kau mendapatkan ini kembali,' tambahnya sambil mendesakkan tongkat itu kepada Harry.
    'Terima kasih.'
    'Tunggu dulu ...' kata si penyihir pelan-pelan.
    Matanya telah beralih dari lencana pengunjung perak di dada Harry ke dahinya.
    'Terima kasih, Eric,' kata Mr Weasley dengan tegas, dan sambil mencengkeram bahu Harry dia menuntunnya menjauh dari meja itu dan kembali ke aliran penyihir pria dan wanita yang sedang berjalan melalui gerbang-gerbang keemasan.
    Agak terdesak oleh kerumunan, Harry mengikuti Mr Weasley melalui gerbang-gerbang itu ke dalam aula yang lebih kecil di belakangnya, di mana setidaknya dua puluh lift berdiri di belakang jeruji-jeruji keemasan yang ditempa. Di dekatnya, berdiri seorang penyihir besar berjanggut yang memegang sebuah kotak karton besar yang mengeluarkan suara-suara parau.
    'Baik-baik saja, Arthur?' kata si penyihir, sambil mengangguk kepada Mr Weasley.
    'Apa yang kau punya di sana, Bob?' tanya Mr Weasley, sambil melihat ke kotak itu.
    'Kami tidak yakin,' kata penyihir itu dengan serius. 'Kami kira ayam kampung standar sampai dia mulai mengeluarkan napas api. Bagiku kelihatannya seperti penyimpangan serius dari Larangan Pembiakan Eksperimental.'
    Dengan suara gemerincing dan berisik sebuah lift turun ke depan mereka; jeruji keemasannya bergeser membuka dan Harry dan Mr Weasley melangkah masuk ke dalam lift dengan sisa kerumunan dan Harry menemukan dirinya terdesak di dinding belakang. Beberapa penyihir wanita dan pria sedang memandanginya dengan rasa ingin tahu; dia menatap kakinya untuk menghindari pandangan siapapun, sambil meratakan poninya. Jeruji-jeruji bergeser tertutup dengan suara benturan dan lift itu naik pelan-pelan, rantai-rantai berderak, sementara suara wanita tenang yang sama seperti yang didengar Harry dalam kotak telepon terdengar lagi.
    'Tingkat Tujuh, Departemen Permainan dan Olahraga Sihir, tergabung dengan Markas Besar Liga Quidditch Inggris dan Irlandia, Klub Gobstones Resmi dan Kantor Paten Menggelikan.'
    Pintu-pintu lift membuka. Harry melihat sekilas sebuah koridor yang tampak tidak rapi, dengan berbagai poster tim-tim Quidditch yang dipakukan miring di dinding. Salah satu penyihir di lift, yang sedang membawa satu lengan penuh sapu, keluar dengan susah payah dan menghilang ke koridor. Pintu menutup, lift berguncang naik lagi dan suara wanita tersebut mengumumkan.
    'Tingkat enam, Departemen Transportasi Sihir, tergabung dengan Kekuasaan Jaringan Floo, Pengendalian Peraturan Sapu, Kantor Portkey dan Pusat Pengujian Aparrasi.'
    Sekali lagi pintu-pintu lift terbuka dan empat atau lima orang penyihir wanita dan pria keluar; pada saat yang sama, beberapa pesawat terbang kertas meluncur masuk ke dalam lift. Harry memandangi mereka ketika mereka mengepak-ngepak pelan di atas kepalanya; berwarna violet pucat dan dia bisa melihat Kementerian Sihir dicapkan di tepi sayap-sayap mereka.
    'Cuma memo antar-departemen,' Mr Weasley bergumam kepadanya. 'Kami dulu menggunakan burung hantu, tapi kotornya tidak tanggung ... kotoran binatang di semua meja ...'
    Ketika mereka berdentang naik lagi memo-memo itu berkepak di sekitas lampu yang berayun dari langit-langit lift.
    'Tingkat lima, Departemen Kerja-Sama Sihir Internasional, tergabung dengan Badan Standar Perdagangan Sihir Internasional, Kantor Hukum Sihir Internasional dan Konfederasi Penyihir Internasional, Kedudukan Inggris.'
    Ketika pintu terbuka, dua di antara memo-memo tersebut meluncur keluar bersama beberapa penyihir wanita dan pria, tapi beberapa memo meluncur masuk, sehingga cahaya lampu berkelap-kelip di atas kepala ketika memo-memo itu terbang di sekitarnya.
    'Tingkat Empat, Departemen Peraturan dan Pengendalian Makhluk Sihir, tergabung dengan Divisi Makhluk Buas, Jejadian dan Roh, Kantor Hubungan Goblin dan Biro Penasihat Hama.'
    'P'misi,' kata penyihir pria yang membawa ayam yang mengeluarkan napas api dan dia meninggalkan lift sambil dikejar oleh sekelompok kecil memo. Pintu-pintu berdentang menutup lagi.
    'Tingkat Tiga, Departemen Kecelakaan dan Bencana Sihir, termasuk Regu Pembalik Kecelakaan Sihir, Markas Besar Pengubah Memori dan Komite Pembuat Alasan Muggle.'
    Semua orang meninggalkan lift pada lantai ini kecuali Mr Weasley, Harry dan seorang penyihir wnaita yang sedang membaca sepotong perkamen yang luar biasa panjangnya sehingga sampai menjulur ke lantai. Memo-memo yang tersisa terus membumbung di sekitar lampu selagi lift berguncang naik lagi, lalu pintu-pintu membuka dan suara itu mengeluarkan pengumuman.
    'Tingkat dua, Departemen Penegakan Hukum Sihir, termasuk Kantor Penggunaan Sihir yang Tidak Pantas, Markas Besar Auror dan Jasa Administrasi Wizengamot.'
    'Di sinilah kita, Harry,' kata Mr Weasley, dan mereka mengikuti penyihir wanita itu keluar lift ke sebuah koridor yang dibarisi dengan pintu-pintu. 'Kantorku ada di sisi lain dari lantai ini.'
    'Mr Weasley,' kata Harry ketika mereka melewati sebuah jendela yang dipancari oleh sinar matahari, 'bukankah kita masih berada di bawah tanah?'
    'Ya, memang,' kata Mr Weasley. 'Itu adalah jendela-jendela yang disihir. Bagian Pemeliharaan Sihir memutuskan cuaca apa yang akan kami dapatkan setiap hari. Kami dapat dua bulan badai topan terakhir kali sewaktu mereka sedang menuntut kenaikan gaji ... Putar di sini, Harry.'
    Mereka memutar di sudut, berjalan melalui sepasang pintu kayu ek yang berat dan muncul di sebuah daerah terbuka yang kacay yang dibagi ke dalam ruang-ruang kecil, yang berdengung dengan suara percakapan dan tawa. Memo-memo meluncur keluar-masuk ruang-ruang kecil itu seperti roket-roket kecil. Sebuah tanda miring di ruang kecil terdekat bertuliskan: Markas Besar Auror.
    Harry mencuri-curi pandang melalui ambang pintu ketika mereka lewat. Para Auror telah menutupi dinding-dinding ruang kecil mereka dengan semua benda dari gambar-gambar para penyihir yang buron dan foto-foto keluarga mereka, hingga poster-poster tim Quidditch favorit mereka dan artikel-artikel dari Daily Prophet. Seorang lelaki berjubah merah tua dengan ekor rambut yang lebih panjang dari milik Bill sedang duduk dengan sepatu botnya di atas mejanya, sambil mendiktekan sebuah laporan kepada pena bulunya. Sedikit jauh lagi, seorang penyihir wanita dengan penutup di salah satu matanya sedang berbincang-bincang melalui bagian atas ruang kecilnya kepada Kingsley Shacklebolt.
    'Pagi, Weasley,' kata Kingsley dengan serampangan, ketika mereka mendekat. 'Aku telah ingin berbicara kepadamu, apakah kau punya waktu sedetik?'
    'Ya, kalau benar hanya sedetik,' kata Mr Weasley, 'Aku agak terburu-buru.'
    Mereka berbicara seakan-akan hampir tidak mengenal satu sama lain dan ketika Harry membuka mulut untuk mengatakan halo kepada Kingsley, Mr Weasley menginjak kakinya. Mereka mengikuti Kingsley sepankang barisan itu dan ke dalam ruang kecil yang terakhir.
    Harry agak terkejut; dari segala arah tampak wajah Sirius berkedip-kedip kepadanya. Potongan-potongan surat kabar dan foto-foto tua -- bahwa foto di mana Sirius menjadi pendamping pengantin di pernikahan keluarga Potter -- melapisi dinding-dinding. Satu-satunya ruang yang bebas-Sirius hanyalah sebuah peta dunia dengan jarum-jarum merah kecil yang berkilau seperti permata.
    'Ini,' kata Kingsley dengan kasar kepada Mr Weasley, sambil menyodorkan secarik perkamen ke dalam tangannya. 'Aku perlu informasi sebanyak mungkin tentang kendaraan-kendaraan Muggle terbang yang terlihat dalam dua belas bulan belakangan ini. Kami telah menerima informasi bahwa Black mungkin masih menggunakan sepeda motor tuanya.'
    Kingsley memberi Harry kedipan besar dan menambahkan, dengan berbisik, 'Berikan kepadanya majalah itu, dia mungkin menganggapnya menarik.' Lalu dengan nada normal, 'Dan jangan terlalu lama, Weasley, penundaan pada laporan kaki api itu menahan penyelidikan kami hingga sebulan.'
    'Kalau kau telah membaca laporanku, kau akan tahu bahwa istilahnya adalah senjata api,' kata Mr Weasley dengan dingin. 'Dan kutakut kau harus menunggu demi informasi sepeda motor itu; saat ini kami sangat sibuk.' Dia menurunkan suaranya dan berkata, 'Kalau kau bisa pergi sebelum jam tujuh, Molly membuat bakso.'
    Dia memberi isyarat kepada Harry dan menuntunnya keluar dari ruang kecil Kingsley, melalui pintu kayu ek yang kedua, ke gang lain, belok kiri, berderap sepanjang koridor lain, dan akhirnya mencapai jalan buntu, di mana terdapat sebuah pintu yang terbuka sedikit, memperlihatkan sebuah lemari sapu, dan sebuah pintu di sebelah kanan yang memiliki plakat kuningan pudar yang bertuliskan: Penyalahgunaan Benda-Benda Muggle.
    Kantor Mr Weasley yang suram kelihatannya sedikit lebih kecil daripada lemari sapu itu. Dua meja tulis telah dijejalkan ke dalamnya dan hampir tidak ada ruang untuk bergerak di sekitar meja-meja itu karena adanya semua lemari-lemari arsip kepenuhan yang berbaris di dinding, di puncak lemari-lemari itu berceceran tumpukan-tumpukan arsip. Ruang kecil yang tersedia di dinding menjadi saksi obsesi Mr Weasley:  beberapa poster mobil, termasuk satu poster mesin yang dibongkar; dua ilustrasi kotak pos yang kelihatannya dipotong dari buku cerita anak-anak Muggle; dan sebuah diagram yang memperlihatkan bagaimana memasang kabel pada steker.
    Di atas nampan pesan masuk Mr Weasley yang kepenuhan terdapat sebuah alat pemanggang roti yang sedang berdeguk dengan sedih dan sepasang sarung tangan kosong yang sedang memutar-mutarkan jempolnya. Sebuah foto keluarga Weasley berada di sebelah nampan pesan masuk itu. Harry memperhatikan bahwa Percy tampak telah keluar dari foto itu.
    'Kami tidak punya jendela,' kata Mr Weasley meminta maaf, sambil melepaskan jaket penerbangnya dan menempatkannya di belakang kursinya. 'Kami sudah minta, tapi mereka tampaknya mengira kami tidak perlu satu. Duduklah, Harry, kelihatannya Perkins belum tiba.'
    Harry menyelipkan dirinya ke dalam kursi di belakang meja tulis Perkins sementara Mr Weasley mencari-cari dengan seksama pada carikan perkamen yang telah diberikan Kingsley kepadanya.
    'Ah,' katanya sambil nyengir, ketika dia mengeluarkan sebuah salinan majalah yang berjudul The Quibbler dari tengahnya, 'ya ...' Dia membalik-baliknya, 'Ya, dia benar, aku yakin Sirius akan menganggapnya sangat lucu -- oh, apa ini sekarang?'
    Sebuah memo baru saja meluncur masuk melalui pintu yang terbuka dan berkibar sampai terdiam di atas alat pemanggang roti yang berdeguk itu. Mr Weasley membuka lipatannya dan membacanya kuat-kuat.
    '"Toilet umum muntah yang ketiga dilaporkan di Bethnal Green, harap segera diselidiki." Ini mulai edan ...'
    'Toilet muntah?'
    'Olok-olok anti-Muggle,' kata Mr Weasley sambil merengut. 'Kami dapat dua minggu lalu, satu di Wimbledon, satu di Elephant and Castle. Para Muggle menarik tuas penyiramnya dan bukannya semua menghilang -- well, kau bisa membayangkan. Orang-orang malang itu terus memanggil para -- tukang deleng, kukira itu sebutan mereka -- kau tahu, yang memperbaiki pipa dan segalanya.'
    'Tukang ledeng?'
    'Tepat, ya, tapi tentu saja mereka kewalahan. Aku hanya berharap kami dapat menangkap siapapun yang melakukannya.'
    'Apakah para Auror yang akan menangkap mereka?'
    'Oh bukan, itu terlalu sepele bagi para Auror, haruslah Patroli Penegakan Hukum Sihir -- ah Harry, ini Perkins.'
    Seorang penyihir tua yang bungkuk dan tampak malu-malu dengan rambut putih halus baru saja memasuki ruangan sambil terengah-engah.
    'Oh, Arthur!' dia berkata dengan putus asa, tanpa melihat kepada Harry. 'Syukurlah, aku tidak tahu apa yang terbaik untuk dilakukan, apakah harus menunggu kamu di sini atau tidak. Aku baru saja mengirim burung hantu ke rumahmu tapi jelas saja kau tidak menerimanya -- sebuah pesan penting masuk sepuluh menit yang lalu --'
    'Aku tahu mengenai toilet muntah itu,' kata Mr Weasley.
    'Bukan, bukan, bukan toilet itu, tapi dengar pendapat bocah Potter itu -- mereka telah mengubah waktu dan tempatnya -- mulainya jam delapan sekarang dan bertempat di bawah di Ruang Sidang Sepuluh yang lama --'
    'Di bawah di -- tapi mereka bilang padaku -- jenggot Merlin!'
    Mr Weasley memandang jam tangannya, mengeluarkan pekik terkejut dan melompat dari kursinya.
    'Cepat, Harry, kita seharusnya berada di sana lima menit yang lalu!'
    Perkins meratakan dirinya pada lemari arsip ketika Mr Weasley meninggalkan kantor itu dengan berlari, Harry mengikutinya dari dekat.
    'Mengapa mereka mengubah waktunya?' Harry berkata dengan terengah-engah, selagi mereka berlari melewati ruang-ruang kecil Auror; orang-orang menjulurkan kepala dan menatapi mereka selagi mereka melaju lewat. Harry merasa seolah-olah dia telah meninggalkan semua isi tubuhnya di meja tulis Perkins.
    'Aku tak punya gambaran, tapi untunglah kita tiba demikian pagi, kalau kau ketinggalan dengar pendapat itu, pastilah jadi bencana!'
    Mr Weasley berhenti di samping lift dan menekan-nekan tombol 'turun' dengan tidak sabar.
    'Ayolah!'
    Lift berdentang masuk ke penglihatan dan mereka bergegas masuk. Setiap kali lift itu berhenti Mr Weasley menyumpah dengan marah dan meninju tombol sembilan --'
    'Ruang-ruang sidang itu belum pernah digunakan selama bertahun-tahun,' kata Mr Weasley dengan marah. 'Aku tidak bisa berpikir kenapa mereka mengadakannya di bawah sana -- kecuali -- tapi tidak --'
    Seorang penyihir wanita agak gemuk yang membawa sebuah piala berasap memasuki lift pada saat itu, dan Mr Weasley tidak melanjutkan.
    'Atrium,' kata suara wanita tenang itu dan jeruji-jeruji keemasan bergeser membuka, memperlihatkan kepada Harry kilasan dari jauh patung-patung keemasan di air mancur. Penyihir wanita agak gemuk itu keluar dan seorang penyihir pria berkulit pucat dengan wajah amat murung masuk.
    'Pagi, Arthur,' dia berkata dengan suara muram ketika lift mulai menurun. 'Tidak sering melihatmu di bawah sini.'
    'Urusan penting, Bode,' kata Mr Weasley, yang sedang menghentak-hentakkan kakinya dan melemparkan pandangan cemas kepada Harry.
    'Ah, ya,' kata Bode, sambil mengamati Harry tanpa berkedip. 'Tentu saja.'
    Harry hampir tidak punya perasaan yang tersisa bagi Bode, tapi tatapannya yang terus-menerus tidak membuatnya lebih nyaman.
    'Departemen Misteri,' kata suara wanita tenang itu, dan berhenti di situ.
    'Cepat, Harry,' kata Mr Weasley ketika pintu lift berderak terbuka, dan mereka melaju sepanjang sebuah koridor yang sangat berbeda dari yang di atas. Dinding-dindingnya tidak berhias; tidak ada jendela dan tidak ada pintu selain sebuah pintu hitam polos di bagian paling ujung koridor itu. Harry mengira mereka akan melalui pintu itu, tapi Mr Weasley menyambar lengannya dan menariknya ke sebelah kiri, di mana terdapat pembukaan ke serangkaian anak tangga.
    'Di bawah sini, di bawah sini,' Mr Weasley terengah-engah sambil menuruni dua anak tangga sekaligus. 'Lift bahkan tidak turun sejauh ini ... kenapa mereka mengadakannya di bawah sana aku ...'
    Mereka mencapai dasar tangga dan berlari sepanjang sebuah koridor lagi, yang sangat mirip dengan koridor yang mengarah ke ruang bawah tanah Snape di Hogwarts, dengan dinding-dinding batu kasar dan obor-obor dalam penyangganya. Pintu-pintu yang mereka lewati terbuat dari kayu berat dengan gembok-gembok dan lubang-lubang kunci dari besi.
    'Ruang Sidang ... Sepuluh ... kukira .... kita hampir ... ya.'
    Mr Weasley berhenti di luar sebuah pintu gelap suram dengan gembok besi yang sangat besar dan merosot ke dinding sambil memegang jahitan di dadanya.
    'Teruslah,' dia terengah-engah, sambil menunjukkan jempolnya ke pintu. 'Masuk ke dalam.'
    'Tidakkah -- tidakkah Anda ikut dengan --?'
    'Tidak, tidak, aku tidak boleh. Semoga berhasil!'
    Jantung Harry serasa berdetak hebat di bagian jakunnya. Dia menelan ludah, memutarkan pegangan pintu dari besi yang berat dan melangkah ke dalam ruang sidang.

Previous Next

Tidak ada komentar:

Posting Komentar