HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB EMPAT --
Grimmauld Place, Nomor Dua Belas
'Tidak di sini, nak!' gertak Moody. 'Tunggu sampai kita di dalam!'
Dia menarik potongan perkamen itu dari tangan Harry dan membakarnya dengan ujung tongkatnya. Ketika pesan itu menggulung dalam nyala api dan melayang ke tanah, Harry melihat ke sekitar ke rumah-rumah itu lagi. Mereka sedang berdiri di luar nomor sebelas; dia memandang ke sebelah kiri dan melihat nomor sepuluh; akan tetapi, ke sebelah kanan adalah nomor tiga belas.
'Tapi di mana --?'
'Pikirkan apa yang baru saja kau hapalkan,' kata Lupin pelan.
Harry berpikir, dan begitu dia mencapai bagian mengenai nomor dua belas, Grimmauld Place, sebuah pintu penuh luka muncul entah dari mana di antara nomor sebelas dan tiga belas, diikuti dengan cepat oleh dinding-dinding kotor dan jendela-jendela suram. Seakan-akan sebuah rumah tambahan telah menggembung, mendorong rumah-rumah di kedua sisinya menjauh. Harry terpana melihatnya. Stereo di nomor sebelas terus bergedebuk. Tampaknya para Muggle di dalamnya tidak merasakan apapun.
'Ayo, bergegaslah,' geram Moody, sambil menusuk Harry di punggung.
Harry berjalan menaiki tangga-tangga batu yang sudah lama, sambil menatap pintu yang baru muncul. Cat hitamnya kusam dan penuh goresan. Pengetuk pintu perak berbentuk ular yang membelit. Tidak ada lubang kunci maupun kotak surat.
Lupin menarik keluar tongkatnya dan mengetuk pintu sekali. Harry mendengar banyak suara klik logam yang keras dan apa yang terdengar seperti gemerincing rantai. Pintu berkeriut terbuka.
'Cepat masuk, Harry,' Lupin berbisik, 'tetapi jangan masuk jauh-jauh ke dalam dan jangan menyentuh apapun.'
Harry melangkahi ambang pintu ke dalam aula yang hampir gelap total. Dia bisa mencium kelembaban, debu dan bau pembusukan yang agak manis; tempat itu punya rasa seperti sebuah bangunan yang ditinggalkan. Dia memandang melalui bahunya dan melihat yang lain masuk setelahnya, Lupin dan Tonks sambil membawa kopernya dan sangkar Hedwig. Moody sedang berdiri di anak tangga puncak sambil melepaskan bola-bola cahaya yang telah dicuri Pemadam-Lampu dari lampu-lampu jalan; mereka terbang kembali ke bola lampu mereka dan alun-alun itu berkilau sejenak dengan cahaya jingga sebelum Moody melompat ke dalam dan menutup pintu depan, sehingga kegelapan di aula itu menjadi lengkap.
'Di sini --'
Dia mengetuk Harry dengan keras di kepala dengan tongkatnya. Harry merasa seakan-akan sesuatu yang panas menetes menuruni punggungnya kali ini dan tahu bahwa Mantera Penghilang-Ilusi itu pastilah telah terangkat.
'Sekarang jangan bergerak, semuanya, sementara aku memberi kita sedikit cahaya di sini,' Moody berbisik.
Suara-suara teredam yang lainnya memberi Harry perasaan aneh seperti pertanda; seakan-akan mereka baru saja memasuki rumah seseorang yang sedang sekarat. Dia mendengar bunyi desis pelan dan lalu lampu minyak model kuno berbunyi dan hidup di sepanjang dinding, sambil memberi nyala redup yang berkelap-kelip pada kertas dinding yang mulai mengelupas dan karpet yang mulai menipis di gang panjang yang suram, di mana sebuah kandil penuh sarang laba-laba berkilauan di atas kepala dan potret-potret yagn menghitam karena usia tergantung miring di dinding. Harry mendengar sesuatu berlari tergesa-gesa di belakang papan pelapis dinding. Baik kandil maupun tempat lilin di atas meja reyot di dekatnya berbentuk seperti ular.
Ada langkah-langkah kaki bergegas dan ibu Ron, Mrs Weasley, muncul dari sebuah pintu di sisi jauh aula itu. Dia tersenyum menyambut ketika bergegas menuju mereka, walaupun Harry memperhatikan bahwa dia agak kurusan dan lebih pucat daripada terakhir kali mereka berjumpa.
'Oh, Harry, senang berjumpa denganmu!' dia berbisik, sambil menariknya ke dalam pelukan erat sebelum memegangnya sejauh satu lengan dan memeriksanya dengan kritis. 'Kau tampak pucat; kau perlu diberi makan banyak-banyak, tapi kutakut kau harus menunggu sebentar untuk makan malam.'
Dia berpaling kepada kelompok penyihir di belakangnya dan berbisik mendesak, 'Dia baru saja tiba, rapat sudah mulai.'
Para penyihir di belakang Harry semua membuat suara tertarik dan bersemangat dan mulai melewatinya menuju pintu tempat Mrs Weasley datang tadi. Harry akan mengikuti Lupin, tetapi Mrs Weasley menahannya.
'Tidak, Harry, rapatnya hanya untuk anggota Order. Ron dan Hermione ada di atas, kau bisa menunggu bersama mereka sampai rapat usai, lalu kita akan makan malam. Dan rendahkan suaramu di aula,' dia menambahkan dalam bisikan mendesak.
'Kenapa?'
'Aku tidak ingin ada yang terbangun.'
'Apa yang Anda --?'
'Akan kujelaskan nanti, aku harus bergegas, aku seharusnya ada di rapat -- akan kuperlihatkan di mana kau akan tidur.'
Sambil menekankan jarinya ke bibir, dia menuntunnya berjingkat melewati sepasang gorden yang panjang dan termakan ngengat, di belakangnya Harry yakin pastilah ada pintu lain, dan setelah melewati sebuah tempat payung yang tampak seolah-olah terbuat dari kaki troll yang dipotong mereka menaiki tangga gelap, melewati sebaris kepala mengerut yang dipajang pada piagam di dinding. Pemeriksaan lebih dekat menunjukkan kepada Harry bahwa kepala-kepala itu milik peri-peri rumah. Semuanya memiliki hidung yang agak mirip moncong.
Kebingungan Harry semakin dalam dengan setiap langkah yang diambilnya. Apa yang sedang mereka lakukan di dalam sebuah rumah yang terlihat seakan-akan dimiliki oleh penyihir Tergelap?
'Mrs Weasley, mengapa --?'
'Ron dan Hermione akan menjelaskan semuanya, sayang, aku benar-benar harus pergi,' Mrs Weasley berbisik dengan kacau. 'Di sana --' mereka telah mencapai lantai kedua, '-- kau ke pintu di sebelah kanan. Akan kupanggil kalian ketika sudah usai.'
Dan dia bergegas turun ke bawah lagi.
Harry menyeberangi lantai yang kumal itu, memutar kenop pintu kamar tidur, yang berbentuk kepala ular, dan membuka pintu.
Dia menangkap sekilas langit-langit tinggi yang suram, kamar bertempat tidur ganda; lalu ada bunyi cicit keras, yang diikuti dengan jeritan yang bahkan lebih keras, dan pandangannya terhalang oleh sejumlah besar rambut yang sangat tebal. Hermione telah melemparkan diri kepadanya ke dalam pelukan yang hampir menjatuhkannya, sementara burung hantu mungil Ron, Pigwidgeon, meluncur dengan bersemangat mengitari kepala mereka.
'HARRY! Ron, dia di sini, Harry ada di sini! Kami tidak mendengarmu tiba! Oh, bagaimana kabarmu? Apakah kau baik-baik saja? Apakah kau marah kepada kami? Kuyakin benar, aku tahu surat-surat kami tidak berguna -- tapi kami tidak bisa memberitahumu apa-apa, Dumbledore menyuruh kami bersumpah kami tidak akan, oh, kami punya begitu banyak hal untuk diceritakan kepadamu, dan kau punya hal-hal untuk diceritakan kepada kami -- para Dementor! Sewaktu kami dengar -- dan dengar pendapat Kementerian itu -- benar-benar keterlaluan, aku sudah memeriksanya, mereka tidak bisa mengeluarkanmu, mereka tidak bisa saja, ada ketentuan dalam Dekrit Pembatasan Masuk Akal bagi Penggunaan Sihir di Bawah Umur untuk penggunaan sihir dalam situasi yang mengancam nyawa --'
'Biarkan dia bernapas, Hermione,' kata Ron sambil menyeringai ketika dia menutup pintu di belakang Harry. Dia tampak telah tumbuh beberapa inci lagi selama satu bulan mereka berpisah, membuatnya lebih tinggi dan tampak lebih menakutkan dari dulu, walaupun hidung panjang, rambut merah terang dan bintik-bintiknya masih sama.
Masih tersenyum, Hermione melepaskan Harry, tetapi sebelum dia bisa berkata lagi ada suara kibasan lembut dan sesuatu yang putih membumbung dari puncak lemari gelap dan mendarat dengan lemah lembut di bahu Harry.
'Hedwig!'
Burung hantu seputih salju itu mengatupkan paruhnya dan menggigit telinganya dengan penuh sayang ketika Harry membelai bulunya.
'Dia dalam keadaan aneh,' kata Ron. 'Mematuk kami hingga setengah mati ketika dia membawakan suratmu yang terakhir, lihat ini --'
Dia memperlihatkan kepada Harry jari telunjuk tangan kanannya, yang memiliki luka potong hampir sembuh tetapi jelas dalam.
'Oh, yeah,' Harry berkata. 'Maaf tentang itu, tapi aku mau jawaban, kalian tahu --'
'Kami ingin memberimu jawaban, sobat,' kata Ron. 'Hermione mulai melunak, dia terus berkata kamu akan melakukansesuatu yang bodoh kalau kamu terperangkap sendirian tanpa berita, tapi Dumbledore menyuruh kami --'
'-- bersumpah tidak akan memberitahu aku,' kata Harry. 'Yeah, Hermione sudah bilang.'
Pijar hangat yang telah menyala di dalam dirinya ketika melihat dua orang sahabat terbaiknya padam ketika sesuatu sedingin es membanjiri dasar perutnya. Mendadak -- setelah sangat ingin bertemu mereka selama satu bulan penuh -- dia merasa dia lebih suka Ron dan Hermione meninggalkannya sendirian.
Ada keheningan tegang selama Harry membelai Hedwig secara otomatis, tanpa melihat kepada yang lain.
'Dia tampaknya berpikir itu yang terbaik,' kata Hermione agak terengah-engah. 'Dumbledore, maksudku.'
'Benar,' kata Harry. Dia memperhatikan bahwa tangannya juga memiliki tanda dari paruh Hedwig dan merasa bahwa dia sama sekali tidak menyesal.
'Kukira dia berpikir kau paling aman bersama para Muggle --' Ron memulai.
'Yeah?' kata Harry sambil menaikkan alisnya. 'Apakah salah satu dari kalian telah diserang Dementor musim panas ini?'
'Well -- tidak -- tapi itulah mengapa dia menyuruh orang-orang dari Order of Phoenix untuk mengikutimu sepanjang waktu --'
Harry merasakan hentakan dalam isi perutnya seakan-akan dia telah kelupaan satu anak tangga sewaktu menuruni tangga. Jadi semua orang tahu dia sedang diikuti, kecuali dirinya.
'Tak berjalan sebaik itu, bukan?' kata Harry, berusaha sekeras mungkin untuk menjaga suaranya tetap tenang. 'Harus menjaga diriku sendiri, bukan?'
'Dia sangat marah,' kata Hermione, dalam suara yang hampir terpesona, 'Dumbledore. Kami melihatnya. Ketika dia mengetahui Mundungus pergi sebelum waktu jaganya berakhir. Dia menakutkan.'
'Well, aku senang dia pergi,' Harry berkata dengan dingin. 'Kalau tidak, aku tidak akan menyihir dan Dumbledore mungkin meninggalkanku di Privet Drive sepanjang musim panas.'
'Tidakkah kau ... tidakkah kau cemas akan dengar pendapat Kementerian?' kata Hermione dengan pelan.
'Tidak,' Harry berbohong dengan menantang. Dia berjalan menjauh dari mereka, sambil melihat sekeliling, dengan Hedwig yang puas di bahunya, tapi kamar ini tidak tampak menaikkan semangatnya. Kamar itu lembab dan gelap. Bidang kanvas yang kosong adalah satu-satunya yang menghilangkan kekosongan dinding yang mulai mengelupas, dan ketika Harry melewatinya dia mengira dia mendengar seseorang, yang sedang bersembunyi di luar pandangan, terkikik.
'Jadi, mengapa Dumbledore sangat ingin membiarkanku dalam kegelapan?' Harry bertanya, masih mencoba keras untuk menjaga suaranya tetap biasa. 'Apakah kalian -- er -- repot-repot bertanya kepadanya?'
Dia melirik sekilas tepat waktu untuk melihat mereka saling memandang dengan tatapan yang memberitahu dia bahwa dia bertingkah laku persis seperti yang mereka takutkan. Itu tidak memiliki andil apapun dalam perbaikan perasaan marahnya.
'Kami memberitahu Dumbledore bahwa kami ingin memberitahumu apa yang sedang terjadi,' kata Ron. 'Benar, sobat. Tapi dia sangat sibuk sekarang, kami baru berjumpa dengannya dua kali sejak kami datang ke sini dan dia tidak punya banyak waktu, dia hanya menyuruh kami bersumpah tidak akan memberitahumu hal-hal yang penting ketika kami menulis surat, katanya burung hantu bisa dicegat.'
'Dia masih bisa memberiku informasi kalau dia mau,' Harry berkata pendek. 'Kalian tidak akan memberitahuku bahwa dia tidak tahu cara-cara berkirim pesan tanpa burung hantu.'
Hermione melirik kepada Ron dan lalu berkata, 'Kupikirkan itu juga. Tapi dia tidak ingin kau tahu apapun.'
'Mungkin dia mengira aku tidak bisa dipercaya,' kata Harry sambil mengamati ekspresi mereka.
'Jangan tolol,' kata Ron, terlihat sangat terganggu.
'Atau bahwa aku tidak bisa menjaga diri.'
'Tentu saja dia tidak berpikir begitu!' kata Hermione dengan cemas.
'Jadi bagaimana bisa aku harus tinggal bersama keluarga Dursley sementara kalian berdua bisa bergabung dengan semua yang sedang terjadi di sini?' kata Harry, kata-katanya berjatuhan dengan cepat, suaranya semakin keras dengan setiap kata. 'Bagaimana bisa kalian berdua boleh tahu semua yang sedang terjadi?'
'Kami tidak begitu!' Ron menyela. 'Mum tidak membiarkan kami dekat-dekat rapat, dia bilang kami terlalu muda --'
Tapi sebelum dia menyadarinya, Harry telah berteriak.
'JADI KALIAN TIDAK IKUT RAPAT, MASALAH BESAR! KALIAN MASIH ADA DI SINI, BUKAN? AKU, AKU TERKURUNG BERSAMA KELUARGA DURSLEY SELAMA SEBULAN! DAN AKU TELAH MENGATASI LEBIH BANYAK HAL DARI YANG PERNAH KALIAN BERDUA HADAPI DAN DUMBLEDORE TAHU ITU -- SIAPA YANG MENYELAMATKAN BATU BERTUAH? SIAPA YANG MENGENYAHKAN RIDDLE? SIAPA YANG MENYELAMATKAN HIDUP KALIAN BERDUA DARI DEMENTOR?'
Setiap pikiran getir dan marah yang Harry miliki pada bulan lalu mengalir keluar dari dirinya: rasa frustrasinya karena kurangnya berita, rasa sakit bahwa mereka semua telah berkumpul tanpa dirinya, kemarahannya karena diikuti dan tidak diberitahu mengenai hal itu -- semua perasaan yang setengah malu dimilikinya akhirnya meledak lewat batasan. Hedwig takut akan keributan itu dan membumbung ke puncak lemari baju lagi; Pigwidgeon mencicit ketakutan dan meluncur lebih cepat dari sebelumnya di sekitar kepala mereka.
'SIAPA YANG HARUS MELEWATI NAGA-NAGA DAN SPHINX DAN SEMUA BENDA MENGERIKAN LAIN TAHUN LALU? SIAPA YANG MENYAKSIKANNYA KEMBALI? SIAPA YANG TELAH LOLOS DARINYA? AKU!'
Ron sedang berdiri di sana dengan mulut setengah terbuka, jelas terpana dan kehilangan kata-kata, sementara Hermione kelihatan akan menangis.
'TAPI KENAPA AKU HARUS TAHU APA YANG SEDANG TERJADI? KENAPA HARUS ADA SESEORANG YANG REPOT-REPOT MEMBERITAHUKU APA YANG SEDANG BERLANGSUNG?'
'Harry, kami ingin memberitahumu, benar --' Hermione mulai.
'TIDAK MUNGKIN SANGAT INGIN, BUKAN BEGITU, ATAU KALIAN AKAN MENGIRIMKU BURUNG HANTU, TAPI DUMBLEDORE MENYURUH KALIAN BERSUMPAH --'
'Well, dia memang --'
'EMPAT MINGGU AKU TERKURUNG DI PRIVET DRIVE, MEMUNGUTI KORAN DARI TONG SAMPAH UNTUK MENCOBA MENCARI TAHU APA YANG SEDANG TERJADI --'
'Kami ingin --'
'KURASA KALIAN TELAH TERTAWA PUAS, BUKAN BEGITU, SEMUANYA BERKUMPUL DI SINI BERSAMA --'
'Tidak, jujur saja --'
'Harry, kami sangat menyesal!' kata Hermione dengan putus asa, matanya sekarang berkilat-kilat dengan air mata. 'Kau sepenuhnya benar, Harry -- kalau aku pasti akan marah besar!'
Harry melotot kepadanya, masih bernapas dalam-dalam, lalu berpaling dari mereka dari, berjalan bolak-balik. Hedwig berteriak dengan murung dari puncak lemari baju. Ada jeda panjang, yang hanya disela oleh keriut muram papan lantai di bawah kaki Harry.
'Omong-omong, tempat apa ini?' dia bertanya pada Ron dan Hermione.
'Markas Besar Order of Phoenix,' kata Ron seketika.
'Apakah ada yang mau repot memberitahuku apa Order of Phoenix --?'
'Itu adalah perkumpulan rahasia,' kata Hermione cepat. 'Dumbledore yang bertanggung jawab, dia mendirikannya. Isinya orang-orang yang berperang melawan Kau-Tahu-Siapa terakhir kali.'
'Siapa yang ada di dalam?' kata Harry, berhenti dengan tangan di sakunya.
'Cukup banyak orang --'
'Kami telah berjumpa dengan sekitar dua puluh dari mereka,' kata Ron, 'tapi kami kira masih ada lebih banyak lagi.'
Harry melotot kepada mereka.
'Well?' dia menuntut, sambil memandang dari satu ke yang lain.
'Er,' kata Ron. 'Apa?'
'Voldemort!' kata Harry dengan marah, dan baik Ron maupun Hermione berjengit. 'Apa yang sedang terjadi? Apa yang sedang dilakukannya? Di mana dia? Apa yang sedang kita lakukan untuk menghentikan dia?'
'Kami sudah memberitahumu, Order tidak membolehkan kami dalam rapat-rapat mereka,' kata Hermione dengan gugup. 'Jadi kami tidak tahu detilnya -- tapi kami punya gambaran umumnya,' dia menambahkan dengan terburu-buru ketika melihat tampang Harry.
'Fred dan George telah menciptakan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan,' kata Ron. 'Mereka benar-benar berguna.'
'Telinga --?'
'Yang-Dapat-Dipanjangkan, yeah. Hanya saja kami harus berhenti menggunakannya akhir-akhir ini karena Mum tehu dan jadi mengamuk. Tapi kami telah menggunakan mereka dengan baik sebelum Mum menyadari apa yang sedang terjadi. Kami tahu beberapa anggota Order sedang mengikuti para Pelahap Maut yang telah dikenali, mencari tahu kegiatan mereka, kau tahu --'
'Beberapa dari mereka sedang bekerja merekrut lebih banyak orang ke dalam Order --' kata Hermione.
'Dan beberapa dari mereka sedang menjaga sesuatu,' kata Ron. 'Mereka selalu berbicara tentang tugas menjaga.'
'Tidak mungkin aku, 'kan?' kata Harry dengan sarkastis.
'Oh, yeah,' kata Ron dengan tampang mulai memahami.
Harry mendengus. Dia berjalan mengelilingi kamar lagi, melihat ke semua arah kecuali pada Ron dan Hermione. 'Jadi, apa yang telah kalian berdua lakukan, kalau kalian tidak diizinkan dalam rapat-rapat?' dia menuntut. 'Kalian bilang kalian sibuk.'
'Memang,' kata Hermione dengan cepat. 'Kami sedang menyuci-hamakan rumah ini, yang telah kosong selama bertahun-tahun dan berbagai hal telah berkembang biak di sini. Kami berhasil membersihkan dapur, kebanyakan kamar tidur dan kukira kami akan mengerjakan ruang duduk be-- AARGH!'
Dengan dua letusan keras, Fred dan George, kakak-kakak kembar Ron, muncul dari udara kosong di tengah ruangan. Pigwidgeon bercicit lebih liar dari sebelumnya dan meluncur untuk bergabung dengan Hedwig di atas lemari baju.
'Berhenti melakukan itu!' Hermione berkata dengan lemah kepada si kembar, yang berambut merah terang seperti Ron, walaupun lebih berisi dan sedikit lebih pendek.
'Halo, Harry,' kata George, sambil tersenyum kepadanya. 'Kami kira kami mendengar nada suaramu yang indah.'
'Kau tidak mau membotolkan kemarahanmu seperti itu, Harry, lepaskan semuanya,' kata Fred, juga sambil tersenyum. 'Mungkin ada beberapa orang sejauh lima puluh mil yang belum mendengarmu.'
'Jadi, kalian berdua lulus ujian Apparasi kalian?' tanya Harry dengan galak.
'Dengan nilai cemerlang,' kata Fred, yang sedang memegang sesuatu yang terlihat seperti sepotong benang berwarna daging yang amat panjang.
'Kalian cuma butuh sekitar tiga puluh detik lebih lama untuk berjalan menuruni tangga,' kata Ron.
'Waktu adalah Galleon, adik kecil,' kata Fred. 'Lagipula, Harry, kau menghalangi penerimaan. Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan,' dia menambahkan sebagai tanggapan bagi alis Harry yang dinaikkan, dan mengangkat benang yang sekarang Harry lihat sedang menjulur ke puncak tangga. 'Kami sedang mencoba mendengar apa yang sedang terjadi di bawah.'
'Kalian harus berhati-hati,' kata Ron, sambil menatap Telinga itu, 'kalau Mum melihat salah satu lagi ...'
'Cukup berharga, rapat yang sedang mereka adakan itu rapat penting,' kata Fred.
Pintu terbuka dan tampaklah rambut merah panjang.
'Oh, halo, Harry!' kata adik perempuan terkecil Ron, Ginny, dengan cerah. 'Kukira aku mendengar suaramu.
Sambil berpaling kepada Fred dan George, dia berkata, 'Tidak bisa menggunakan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan, dia menempatkan Mantera Tidak Tertembus pada pintu dapur.'
'Bagaimana kamu bisa tahu?' kata George, terlihat kecewa.
'Tonks memberitahuku cara mengetahuinya,' kata Ginny. 'Lempar saja benda ke pintu dan kalau tidak bisa membuat kontak berarti pintu telah Tak-Tertembus. Aku telah melempari Bom Kotoran ke pintu itu dari atas tangga dan mereka cuma membumbung menjauhinya, jadi tidak mungkin Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan bisa masuk lewat celah pintu.'
Fred mengeluarkan helaan napas panjang.
'Sayang. Aku benar-benar ingin tahu apa yang sedang dikerjakan si Snape tua.'
'Snape!' kata Harry dengan cepat. 'Dia ada di sini?'
'Yeah,' kata George, sambil menutup pintu dengan hati-hati dan duduk di atas salah satu ranjang; Fred dan Ginny mengikuti. 'Memberi laporan. Rahasia top.'
'Berengsek,' kata Fred dengan malas.
'Dia ada di sisi kita sekarang,' kata Hermione memarahi.
Ron mendengus. 'Tidak menghentikannya jadi orang berengsek. Caranya memandang kita ketika dia bertemu dengan kita.'
'Bill juga tidak menyukainya,' kata Ginny, seakan-akan itu menyelesaikan masalahnya.
Harry tidak yakin apakah amarahnya sudah mereda; tapi rasa hausnya akan informasi sekarang menguasai desakan untuk tetap berteriak. Dia terbenam ke atas ranjang di seberang yang lainnya.
'Apakah Bill ada di sini?' dia bertanya. 'Kupikir dia sedang bekerja di Mesir?'
'Dia melamar pekerjaan di belakang meja sehingga dia bisa pulang ke rumah dan bekerja bagi Order,' kata Fred. 'Dia bilang dia sangat merindukan makam-makam, tapi,' dia tersenyum menyeringai, 'ada kompesasi.'
'Apa maksudmu?'
'Ingat Fleur Delacour?' kata George. 'Dia dapat pekerjaan di Gringotts untuk perbaiki ba'asa Inggrisnya --'
'Dan Bill telah memberinya banyak pelajaran privat,' Fred terkikik.
'Charlie ada dalam Order juga,' kata George, 'tapi dia masih di Rumania. Dumbledore mau sebanyak mungkin penyihir asing dibawa masuk, jadi Charlie berusaha membuat kontak pada hari liburnya.'
'Tidak bisakah Percy melakukan itu?' Harry bertanya. Terakhir kali didengarnya, anak ketiga keluarga Weasley itu sedang bekerja di Departemen Kerja Sama Sihir Internasional di Kementerian Sihir.
Saat mendengar kata-kata Harry, semua anggota keluarga Weasley dan Hermione saling bertukar pandangan pengertian yang kelam.
'Apapun yang kau lakukan, jangan sebut-sebut Percy di depan Mum dan Dad,' Ron memberitahu Harry dengan suara tegang.
'Mengapa tidak?'
'Karena setuap kali nama Percy disebut, Dad memecahkan apapun yang sedang dipegangnya dan Mum mulai menangis,' kata Fred.
'Sangat mengerikan,' kata Ginny dengan sedih.
'Kukira kita lebih baik tanpa dia,' kata George, dengan tampang jelek yang tidak seperti biasanya.
'Apa yang terjadi?' Harry berkata.
'Percy dan Dad bertengkar,' kata Fred. 'Aku belum pernah melihat Dad bertengkar dengan siapapun seperti itu. Biasanya Mum yang berteriak.'
'Terjadinya saat minggu pertama setelah sekolah berakhir,' kata Ron. 'Kami akan datang dan bergabung dengan Order. Percy pulang ke rumah dan memberitahu kami dia telah dipromosikan.'
'Kau bercanda?' kata Harry.
Walaupun dia tahu benar bahwa Percy sangat ambisius, kesan Harry adalah bahwa Percy belum berhasil dengan baik pada pekerjaan pertamanya di Kementerian Sihir. Percy telah melakukan kelalaian yang cukup besar karena gagal memperhatikan bahwa atasannya sedang dikendalikan oleh Lord Voldemort (bukannya Kementerian mempercayai hal itu -- mereka semua mengira Mr Crouch telah jadi gila).
'Yeah, kami semua terkejut,' kata George, 'karena Percy dapat banyak masalah mengenai Crouch, ada penyelidikan dan semuanya. Mereka bilang Percy seharusnya menyadari bahwa Crouch sudah tidak waras dan memberitahu orang-orang di atas. Tapi kamu kenal Percy, Crouch membiarkannya bertanggung jawab penuh, dia tidak akan mengeluh.'
'Jadi bagaimana bisa mereka mempromosikan dia?'
'Itulah persis yang membuat kami bertanya-tanya,' kata Ron, yang terlihat sangat ingin menjaga berlangsungnya percakapan normal karena sekarang Harry telah berhenti berteriak. 'Dia pulang ke rumah sangat senang pada dirinya sendiri -- bahkan lebih senang dari biasanya -- dan memberitahu Dad bahwa dia telah ditawari posisi di kantor Fudge sendiri. Posisi yang sangat bagus bagi seseorang yang baru setahun keluar dari Hogwarts: Asisten Junior bagi Menteri. Kukira dia berharap Dad akan terkesan.'
'Hanya saja Dad tidak terkesan,' kata Fred dengan muram.
'Kenapa tidak?' kata Harry.
'Well, tampaknya Fudge telah marah-marah di sekitar Kementerian sambil memeriksa bahwa tak seorangpun melakukan kontak dengan Dumbledore,' kata George.
'Kau lihat, nama Dumbledore seperti lumpur bagi Kementerian saat-saat ini,' kata Fred. 'Mereka semua berpikir dia hanya membuat masalah dengan mengatakan Kau-Tahu-Siapa kembali.'
'Dad bilang Fudge telah membuat jelas bahwa siapapun yang bersekutu dengan Dumbledore bisa mengosongkan mejanya,' kata George.
'Masalahnya, Fudge mencurigai Dad, dia tahu Dad berteman dengan Dumbledore, dan dia selalu berpikir Dad sedikit aneh karena obsesi Mugglenya,'
'Tapi apa hubungannya itu dengan Percy?' tanya Harry, bingung.
'Aku baru akan ke sana. Dad menganggap Fudge hanya menginginkan Percy di kantornya karena dia ingin menggunakannya untuk memata-matai keluarga -- dan Dumbledore.'
Harry mengeluarkan siulan rendah.
'Pasti Percy suka itu.'
Ron tertawa kosong.
'Dia benar-benar mengamuk. Dia bilang -- well, dia bilang banyak hal yang mengerikan. Dia bilang dia telah bertarung melawan reputasi jelek Dad semenjak dia bergabung dengan Kementerian dan bahwa Dad tidak punya ambisi dan itulah sebabnya kami selalu -- kau tahu -- tidak punya banyak uang, maksudku --'
'Apa?' kata Harry tidak percaya, ketika Ginny membuat suara seperti seekor kucing marah.
'Aku tahu,' kata Ron dengan suara rendah. 'Dan semakin buruk. Dia bilang Dad idiot karena mengikuti Dumbledore, bahwa Dumbledore menuju masalah besar dan Dad akan jatuh bersamanya, dan bahwa dia -- Percy -- tahu di mana kesetiaannya berada yaitu bersama Kementerian. Dan kalau Mum dan Dad akan menjadi pengkhianat bagi Kementerian dia akan memastikan bahwa semua orang tahu dia tidak bersama keluarga kami lagi. Dan dia mengemas tas-tasnya malam itu juga dan pergi. Dia sekarang tinggal di sini di London.'
Harry menyumpah tanpa suara. Dia selalu kurang menyukai Percy dibanding saudara-saudara Percy yang lain, tapi dia belum pernah membayangkan dia akan mengatakan hal-hal seperti itu kepada Mr Weasley.
'Mum terus saja dalam keadaan itu,' kata Ron tanpa minat. 'Kau tahu -- menangis dan sebagainya. Dia datang ke London untuk mencoba berbicara kepada Percy tetapi dia membanting pintu di depannya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya kalau jumpa Dad di tempat kerja -- mengabaikannya, kurasa.'
'Tapi Percy pasti tahu Voldemort kembali,' kata Harry dengan pelan. 'Dia tidak bodoh, dia pasti tahu ibu dan ayahmu tidak akan meresikokan semuanya tanpa bukti.'
'Yeah, well, namamu terseret ke dalam pertengkaran itu,' kata Ron, memberi Harry tatapan sembunyi-sembunyi. 'Percy bilang satu-satunya bukti adalah kata-katamu dan ... aku tak tahu ... dia tidak mengira hal itu cukup baik.'
'Percy membaca Daily Prophet dengan serius,' kata Hermione dengan masam, dan yang lainnya semua mengangguk.
'Apa yang sedang kalian bicarakan?' Harry bertanya, sambil melihat sekeliling kepada mereka semua. Mereka semua sedang memandangnya dengan waspada.
'Apakah -- apakah kamu tidak berlangganan Daily Prophet?' Hermione bertanya dengan gugup.
'Yeah, aku langganan!' kata Harry.
'Sudahkah kau -- er-- membacanya dengan seksama?' Hermione berkata, lebih cemas lagi.
'Tidak semuanya,' kata Harry membela diri. 'Kalau mereka akan melaporkan apapun mengenai Voldemort pastilah akan jadi berita utama, benar 'kan?'
Yang lain berjengit mendengar nama itu. Hermione bergegas, 'Well, kau perlu membaca semuanya untuk mengetahuinya, tapi mereka -- um -- mereka menyebutmu beberapa kali dalam seminggu.'
'Tapi aku belum pernah mellihat --'
'Tidak kalau kau hanya membaca halaman depan, kau pasti tidak akan,' kata Hermione sambil menggelengkan kepalanya. 'Aku tidak membicarakan artikel besar. Mereka cuma menyisipkanmu, seolah-olah kau adalah lelocon.'
'Apa yang kau --?'
'Cukup kejam, sebenarnya,' kata Hermione dengan suara tenang yang dipaksakan. 'Mereka cuma menambah-nambah pada benda-benda Rita.'
'Tapi dia 'kan tidak menulis untuk mereka lagi?'
'Oh, tidak, dia menepati janjinya -- bukannya dia punya pilihan lain,' Hermione menambahkan dengan rasa puas. 'Tapi dia membangun fondasi untuk apa yang sedang mereka lakukan sekarang.'
'Apa itu?' kata Harry dengan tidak sabar.
'OK, kau tahu dia menulis bahwa kau pingsan di semua tempat dan berkata bahwa bekas lukamu sakit dan semua itu?'
'Yeah,' kata Harry, yang tidak cepat melupakan cerita-cerita Rita Skeeter mengenai dirinya.
'Well, mereka menulis mengenaimu seakan-akan kau itu penipu yang mencari perhatian yang mengira dirinya seorang pahlawan tragis atau apapun,' kata Hermione, sangat cepat, seolah-olah akan kurang tidak menyenangkan bagi Harry untuk mendengar fakta-fakta ini dengan cepat. 'Mereka teus menyelipkan komentar-komentar menyindir mengenaimu. Kalau muncul cerita yang dibuat-buat, mereka berkata sesuatu seperti, "Sebuah kisah yang pantas bagi Harry Potter", dan kalau ada yang mendapat kecelakaan aneh atau apapun maka, "Mari berharap dia tidak punya bekas luka di dahinya atau kita akan diminta memuja dia berikutnya" --'
'Aku tidak mau siapapun memuja --' Harry mulai dengan marah.
'Aku tahu kau tidak mau,' kata Hermione dengan cepat, terlihat takut. 'Aku tahu, Harry. Tapi kau lihat apa yang sedang mereka lakukan? Mereka ingin mengubahmu menjadi seseorang yang tidak akan dipercayai siapapun. Fudge ada di belakangnya, aku akan bertaruh apapun. Mereka mau para penyihir di jalan-jalan mengira kau hanya anak bodoh yang agak mirip lelucon, yang menceritakan cerita-cerita bohong yang menggelikan karena dia senang jadi terkenal dan ingin terus begitu.'
'Aku tidak minta -- aku tidak mau -- Voldemort membunuh orang tuaku!' Harry merepet. 'Aku jadi terkenal karena dia membunuh keluargaku tapi tidak bisa membunuhku! Siapa yang mau jadi terkenal karena itu? Tidakkah mereka berpikir aku lebih suka itu tidak pernah --'
'Kami tahu, Harry,' kata Ginny dengan bersungguh-sungguh.
'Dan tentu saja, mereka tidak melaporkan sepatah katapun mengenai Dementor yang menyerangmu,' kata Hermione. 'Seseorang menyuruh mereka mendiamkannya. Itu pastilah jadi cerita yang sangat besar, Dementor di luar kendali. Mereka bahkan belum melaporkan bahwa kau melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Internasional. Kami mengira mereka akan melakukannya, akan sangat cocok dengan citramu sebagai tukang pamer bodoh. Kami kira mereka mengulur waktu sampai kau dikeluarkan, lalu mereka akan bertindak tanpa hambatan -- maksudku, kalau kau dikeluarkan, tentu saja,' dia meneruskan dengan terburu-buru. 'Kau seharusnya tidak dikeluarkan, tidak kalau mereka mematuhi hukum mereka sendiri, tidak ada kasus melawanmu.'
Mereka kembali ke dengar pendapat itu dan Harry tidak ingin memikirkan itu. Dia memandang sekitarnya untuk perubahan topik yang lain, tapi diselamatkan dari perlunya menemukan topik baru oleh suara langkah-langkah kaki yang menaiki tangga.
'Uh oh.'
Fred menarik kuat-kuat Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan; ada letusan keras lain dan dia dan George menghilang. Beberapa detik kemudian, Mrs Weasley muncul di ambang kamar tidur.
'Rapat sudah usai, kalian bisa turun dan makan malam sekarang. Semua orang sangat ingin bertemu denganmu, Harry. Dan siapa yang meninggalkan semua Bom Kotoran itu di luar pintu dapur?'
'Crookshanks,' kata Ginny tanpa merona. 'Dia sangat suka bermain dengan mereka.'
'Oh,' kata Mrs Weasley, 'kukira mungkin Kreacher, dia terus melakukan hal-hal aneh seperti itu. Sekarang jangan lupa menjaga suara kalian tetap rendah di aula. Ginny, tanganmu kotor, apa yang telah kau lakukan? Tolong pergi dan cuci mereka sebelum makan malam.'
Ginny meringis kepada yang lain dan mengikuti ibunya keluar dari kamar itu, meninggalkan Harry sendiri dengan Ron dan Hermione. Keduanya sedang mengawasinya dengan gelisah, seakan-akan mereka takut dia akan mulai berteriak lagi karena sekarang semua orang sudah pergi. Melihat mereka tampak begitu gugup membuatnya merasa sedikit malu.
'Dengar ...' dia bergumam, tapi Ron menggelengkan kepalanya, dan Hermione berkata dengan pelan, 'Kami tahu kamu akan marah, Harry, kami benar-benar tidak menyalahkanmu, tapi kau harus mengerti, kami memang mencoba membujuk Dumbledore --'
'Yeah, aku tahu,' kata Harry pendek.
Dia memandang berkeliling mencari topik yang tidak melibatkan kepala sekolahnya, karena memikirkan Dumbledore saja membuat tubuh bagian dalam Harry terbakar oleh amarah lagi.
'Siapa Kreacher?' dia bertanya.
'Peri-rumah yang tinggal di sini,' kata Ron. 'Sinting. Belum pernah jumpa yang seperti dia.'
Hermione merengut kepada Ron.
'Dia tidak sinting, Ron.'
'Ambisi hidupnya adalah supaya kepalanya dipotong dan dipajang di sebuah piagam seperti ibunya,' kata Ron dengan jengkel. 'Apakah itu normal, Hermione?'
'Well -- well, kalau dia sedikit aneh, itu bukan salahnya.'
Ron menggulirkan matanya kepada Harry.
'Hermione masih belum menyerah tentang SPEW.'
'Itu bukan SPEW!' kata Hermione panas. 'Itu Perkumpulan untuk Mempromosikan Kesejahteraan Peri-Rumah. Dan bukan cuma aku, Dumbledore juga bilang kita harus baik kepada Kreacher.'
'Yeah, yeah,' kata Ron. 'Ayo, aku lapar berat.'
Dia memimpin jalan keluar pintu dan ke puncak tangga, tetapi sebelum mereka bisa menuruni tangga --
'Tunggu dulu!' Ron bernapas, sambil merentangkan sebuah lengan untuk menghentikan Harry dan Hermione berjalan lebih jauh. 'Mereka masih di aula, kita mungkin bisa mendengar sesuatu.'
Ketiganya melihat dengan waspada melewati pegangan tangga. Gang suram di bawah dipenuhi para penyihir wanita dan pria, termasuk semua pengawal Harry. Mereka sedang berbisik-bisik dengan bersemangat satu sama lain. Di bagian paling tengah dari kelompok itu Harry melihat kepala berambut hitam berminyak dan hidung menonjol milik guru yang paling tidak disukainya di Hogwarts, Profesor Snape. Harry mencondongkan badan lebih ke jauh melewati pegangan tangga. Dia sangat tertarik akan apa yang sedang Snape lakukan bagi Order of Phoenix.
Sepotong benang tipis berwarna daging turun di depan mata Harry. Ketika memandang ke atas, dia melihat Fred dan Geoge di puncak tangga di atasnya, dengan waspada menurunkan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan menuju kumpulan gelap orang-orang di bawah. Akan tetapi, sejenak kemudian mereka semua mulai bergerak menuju pintu depan dan menghilang dari pandangan.
'Sialan,' Harry mendengar Fred berbisik, selagi dia menaikkan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan ke atas lagi.
Mereka mendengar pintu depan terbuka, lalu menutup.
'Snape tidak pernah makan di sini,' Ron memberitahu Harry dengan pelan. 'Syukurlah. Ayo.'
'Dan jangan lupa jaga suaramu tetap rendah di aula, Harry,' Hermione berbisik.
Ketika mereka melewati barisan kepala peri-rumah di dinding, mereka melihat Lupin, Mrs Weasley dan Tonks di pintu depan, sedang mengunci banyak kunci dan gemboknya dengan sihir di belakang orang-orang yang baru saja pergi.
'Kita makan di dapur,' Mrs Weasley berbisik, sambil menyambut mereka di bawah tangga. 'Harry sayang, kalau kau bisa berjingkat menyeberangi aula melalui pintu di sini --'
CRASH.
'Tonks!' teriak Mrs Weasley dengan putus asa, sambil berbalik untuk melihat ke belakangnya.
'Maafkan aku!' ratap Tonks, yang sedang berbaring rata di lantai. 'Gara-gara tempat payung bodoh itu, kedua kalinya aku tersandung --'
Tapi kata-katanya yang lain ditenggelamkan oleh sebuah pekikan mengerikan yang memekakan telinga dan membekukan darah.
Tirai-tirai beludru yang termakan ngengat yang telah dilewati Harry telah terbuka, tapi tidak ada pintu di belakang mereka. Selama sepersekian detik, Harry mengira dia sedang melihat ke sebuah jendela, jendela yang dibelakangnya ada seorang wanita tua bertopi hitam sedang menjerit dan menjerit seakan-akan dia sedang disiksa -- lalu dia menyadari bahwa dia hanya potret seukuran badan, tapi yang paling realistis, dan paling tidak menyenangkan, yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Wanita tua itu berliur, matanya bergulir, kulit wajahnya yang mulai menguning teregang ketika dia menjerit; dan sepanjang aula di mereka, potret-potret lain terbangun dan mulai berteriak-teriak juga, sehingga Harry benar-benar menegangkan matanya akibat keributan itu dan menutup telinganya dengan tangan.
Lupin dan Mrs Weasley berlari maju dan mencoba menarik tirai menutupi wanita tua itu, tapi tirai-tirai itu tidak mau menutup dan dia memekik lebih keras lagi, sambil mengacungkan tangan-tangan yang mencakar-cakar seakan-akan mencoba merobek muka mereka.
'Kotoran! Sampah! Hasil sampingan debu dan kejelekan! Keturunan campuran, mutan, orang aneh, pergi dari tempat ini! Berani-beraninya kalian mengotori rumah leluhurku --'
Tonks meminta maaf terus menerus, sambil menyeret kaki troll yang besar dan berat itu kembali ke lantai; Mrs Weasley menyerah atas usaha menutup tirai dan bergegas ke sana ke mari di aula, Membius semua potret lain dengan tongkatnya; dan seorang lelaki dengan rambut hitam panjang datang menyerbu dari sebuah pintu yang menghadap Harry.
'Diamlah, kau wanita tua jelek yang mengerikan, DIAM!' dia meraung, sambil meraih tirai yang telah ditinggalkan Mrs Weasley.
Wajah wanita tua itu memucat.
'Kaaaau!' dia melolong, matanya melolot ketika melihat lelaki itu. 'Pengkhianat keluarga, yang paling dibenci, darah dagingku yang membuat malu!'
'Kubilang -- DIAM!' raung lelaki itu, dan dengan usaha menakjubkan dia dan Lupin berhasil memaksa tirai itu tertutup lagi.
Pekikan wanita tua itu menghilang dan timbul keheningan yang menggema.
Sambil sedikit terengah-engah dan mengusapkan rambut gelap panjangnya keluar dari mata, ayah angkat Harry Sirius berpaling menatapnya.
'Halo, Harry,' dia berkata dengan muram, 'kulihat kau sudah bertemu ibuku.'
Previous | Next |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar