Sabtu, 12 Mei 2012

HARRY POTTER and the Order of the Phoenix -- BAB SEPULUH -- Luna Lovegood


HARRY  POTTER
and the Order of  the Phoenix


-- BAB  SEPULUH --
Luna Lovegood

Harry mengalami tidur yang tidak lelap. Orang tuanya keluar masuk dari mimpinya, tidak pernah berbicara; Mrs Weasley menangisi jasad Kreacher, dipandangi Ron dan Hermione yang sedang memakai mahkota, dan sekali lagi Harry menemukan dirinya berjalan menyusuri sebuah koridor yang berakhir pada sebuah pintu terkunci. Dia terbangun tiba-tiba dengan bekas lukanya menusuk-nusuk dan menemukan Ron telah selesai berpakaian dan sedang berbicara kepadanya.
   '... lebih baik bergegas, Mom akan marah-marah, dia bilang kita akan ketinggalan kereta api ...'
   Ada banyak keributan di dalam rumah. Dari apa yang didengarnya sewaktu dia berpakaian secepat kilat, Harry mengetahui bahwa Fred dan George telah menyihir koper-koper mereka untuk terbang menuruni tangga untuk menghindari kerepotan membawanya, dengan hasil mereka meluncur lansung ke arah Ginny dan menjatuhkannya dua tingkat anak tangga ke aula; Mrs Black dan Mrs Weasley sama-sama berteriak sekuat-kuatnya.
   '-- BISA SAJA MENYEBABKANNYA LUKA PARAH, KALIAN IDIOT --'
   '-- TURUNAN-CAMPURAN KOTOR, MENODAI RUMAH NENEK MOYANGKU --'
   Hermione bergegas masuk ke dalam ruangan tampak bingung, persis ketika Harry sedang memakai celana olahraganya. Hedwig sedang berayun di bahunya, dan dia menggendong Crookshanks yang menggeliat di lengannya.
   'Mum dan Dad baru saja mengirim Hedwig balik.' Burung hantu itu berkedip patuh dan bertengger di puncak sangkarnya, 'Sudah siap?'
   'Hampir. Apakah Ginny baik-baik saja?' Harry bertanya, sambil mendorong kacamatanya.
   'Mrs Weasley sudah mengobatinya,' kata Hermione. 'Tapi sekarang Mad-Eye mengeluh bahwa kita tidak bisa berangkat kecuali Sturgis Podmore ada di sini, kalau tidak pengawalnya akan kurang satu.'
   'Pengawal?' kata Harry. 'Kita harus pergi ke King's Cross dengan seorang pengawal?'
   'Kamu yang harus pergi ke King's Cross dengan seorang pengawal,' Hermione mengkoreksinya.
   'Kenapa?' kata Harry tidak senang. 'Kupikir Voldermort seharusnya bersembunyi, atau apa kamu akan memberitahuku bahwa dia akan melompat keluar dari belakang sebuah tong sampah untuk mencoba membunuhku?'
   'Aku tidak tahu, itu cuma yang dibilang Mad-Eye,' kata Hermione kacau, sambil melihat ke jam tangannya, 'tetapi kalau kita tidak segera berangkat kita pasti akan ketinggalan kereta api ...'
   'BISAKAH KALIAN SEMUA TURUN KE SINI SEKARANG JUGA!' Mrs Weasley berteriak dan Hermione terlonjak seakan-akan terbakar dan bergegas ke luar ruangan. Harry menyambar Hedwig, menjejalkannya tanpa basa-basi ke dalam kandangnya, dan turun ke bawah mengejar Hermione, sambil menyeret kopernya.
   Potret Mrs Black sedang melolong marah tetapi tak seorangpun repot-repot menutup tirainya; semua keributan di aula pastilah akan membangunkannya lagi.
   'Harry, kamu ikut denganku dan Tonks,' teriak Mrs Weasley -- melawan pekikan yang diulang-ulang 'DARAH LUMPUR! SAMPAH! MAKHLUK-MAKHLUK KOTOR!' -- 'Tinggalkan kopermu dan burung hantumu, Alastor akan mengurus barang bawaan ... oh, demi Tuhan, Sirius, Dumbledore bilang jangan!'
   Seekor anjing hitam yang mirip beruang telah muncul di sisi Harry ketika dia sedang merangkak melewati berbagai koper yang berceceran di aula untuk mencapai Mrs Weasley.
   'Oh jujur saja ...' kata Mrs Weasley dengan putus asa. 'Well, resikonya kepalamu sendiri!'
   Dia merenggut pintu depan hingga terbuka dan melangkah keluar ke sinar matahari lemah bulan September. Harry dan anjing itu mengikutinya. Pintu terbanting di belakang mereka dan pekikan Mrs Black terhenti dengan segera.
   'Di mana Tonks?' Harry berkata, melihat sekeliling sewaktu mereka menuruni anak-anak tangga batu dari nomor dua belas, yang menghilang saat mereka mencapai trotoar.
   'Dia sedang menunggu kita di atas sana,' kata Mrs Weasley dengan kaku, mengalihkan matanya dari anjing besar yang melompat-lompat di sisi Harry.
    Seorang wanita tua memberi salam kepada mereka di sudut. Dia memiliki rambut kelabu yang sangat keriting dan mengenakan sebuah topi ungu yang berbentuk seperti pai babi.
   'Pakabar, Harry,' dia berkata, sambil mengedip. 'Lebih baik bergegas, bukan begitu, Molly?' tambahnya, sambil mengecek jam tangannya.
   'Aku tahu, aku tahu,' erang Mrs Weasley, memperpanjang langkah kakinya, 'tetapi Mad-Eye mau kami menunggu Sturgis ... kalau saja Arthur bisa meminjamkan kita mobil dari Kementerian lagi ... tetapi akhir-akhir ini Fudge bahkan tidak akan memperbolehkan dia meminjam sebuah botol tinta kosong ... bagaimana Muggle bisa tahan bepergian tanpa sihir ...'
   Tetapi anjing hitam besar itu mengonggong gembira dan melompat-lompat riang di sekitar mereka, menggertak burung-burung merpati dan mengejar ekornya sendiri. Harry tidak bisa menahan tawa. Sirius telah terperangkap di dalam untuk waktu yang sangat lama. Mrs Weasley menutup mulutnya dengan cara yang hampir seperti Bibi Petunia.
   Mereka butuh dua puluh menit untuk mencapai King's Cross dengan berjalan kaki dan tidak ada peristiwa menarik yang terjadi selain Sirius menakut-nakuti sepasang kucing untuk menyenangkan Harry. Begitu berada di dalam stasiun mereka berdiri sepintas lalu di samping penghalang antara peron sembilan dan sepuluh sampai keadaan aman, lalu masing-masing bersandar padanya dan jatuh dengan mudah ke peron tiga perempat, di mana Hogwarts Express berdiri menyemburkan uap penuh jelaga ke peron yang dipenuhi murid-murid yang akan berangkat dan keluarga-keluarga mereka. Harry menghirup bau yang akrab itu dan merasakan semangatnya bangkit ... dia benar-benar akan kembali ...
   'Kuharap yang lain tepat waktu,' kata Mrs Weasley dengan cemas, sambil menatap ke belakangnya ke arah lengkungan besi cor yang membatasi peron itu, darimana para pendatang baru akan muncul.
   'Anjing yang bagus, Harry!' seru seorang bocah lelaki tinggi yang rambutnya dikepang kecil-kecil.
   'Trims, Lee,' kata Harry, nyengir, sementara Sirius mengibaskan ekornya cepat-cepat.
   'Oh bagus,' kata Mrs Weasley, terdengar lega, 'ini Alastor dengan barang bawaan, lihatlah ...'
   Mengenakan sebuah topi portir ditarik rendah menutupi matanya yang tidak sepadan, Moody datang terpincang-pincang melalui lengkungan sambil mendorong sebuah troli yang dibebani dengan koper-koper mereka.
   'Semua OK,' dia bergumam kepada Mrs Weasley dan Tonks, 'kurasa kita tidak diikuti ...'
   Beberapa detik kemudian, Mr Weasley muncul di peron dengan Ron dan Hermione. Mereka telah hampir selesai mengosongkan troli Moody ketika Fred, George dan Ginny muncul dengan Lupin.
   'Tak ada masalah?' geram Moody.
   'Tidak ada apa-apa,' kata Lupin.
   'Aku masih akan melaporkan Sturgis pada Dumbledore,' kata Moody, 'ini kedua kalinya dia tidak muncul dalam seminggu. Mulai tidak dapat diandalkan seperti Mundungus.'
   'Well, jaga diri kalian,' kata Lupin, sambil menyalami semuanya. Dia menggapai Harry yang terakhir dan memberinya tepukan di bahu. 'Kau juga, Harry. Hati-hati.'
   'Yeah, tundukkan kepalamu dan buka matamu lebar-lebar,' kata Moody, sambil menyalami tangan Harry juga. 'Dan jangan lupa, kalian semua -- hati-hati akan apa yang kalian tulis. Jika ragu, jangan tulis di dalam surat sama sekali.'
   'Senang berjumpa dengan kalian semua,' kata Tonks, sambil memeluk Hermione dan Ginny. 'Kuharap kita akan segera bertemu lagi.'
   Sebuah peluit peringatan dibunyikan; murid-murid yang masih berada di peron mulai bergegas ke atas kereta api.
   'Cepat, cepat,' kata Mrs Weasley dengan kacau, sambil memeluk mereka secara acak dan menangkap Harry dua kali. 'Tulis surat ... jangan nakal ... jika kalian lupa sesuatu kami akan mengirimkannya ... ke atas kereta api, sekarang, cepat ...'
   Sejenak, anjing hitam besar itu berdiri di atas kaki belakangnya dan menempatkan cakar-cakar depannya ke  bahu Harry, tetapi Mrs Weasley mendorong Harry ke pintu kereta, sambil mendesis, 'Demi Tuhan, berlakulah lebih mirip seekor anjing, Sirius!'
   'Sampai jumpa!' Harry berseru ke luar jendela ketika kereta api mulai bergerak, sementara Ron, Hermione dan Ginny  melambai di sampingnya. Figur-figur Tonks, Lupin, Moody serta Mr dan Mrs Weasley mengerut dengan cepat tetapi anjing hitam itu melompat sambil berlari di samping jendela, sambil mengibaskan ekornya; orang-orang yang semakin kabur di peron tertawa melihatnya mengejar kereta api, kemudian mereka membelok di tikungan, dan Sirius telah pergi.
   'Dia seharusnya tidak ikut bersama kita,' kata Hermione dengan suara khawatir.
   'Oh, santailah,' kata Ron, 'dia belum melihat siang hari selama berbulan-bulan, pria malang.'
   'Well,' kata Fred, sambil menepuk tanggannya, 'tak bisa berdiri sambil ngobrol seharian, kami punya bisnis untuk dibahas dengan Lee. Sampai jumpa nanti,' dan dia beserta George menghilang ke koridor di sebelah kanan.
   Kereta api itu menambah kecepatan, sehingga rumah-rumah di luar jendela berkelebat lewat, dan mereka berayun di tempat mereka berdiri.
   'Kalau begitu kita pergi mencari kompartemen?' Harry bertanya.
   Ron dan Hermione saling berpandangan.
   'Er,' kata Ron.
   'Kami -- well -- Ron dan aku harus pergi ke gerbong prefek,' Hermione berkata dengan canggung.
   Ron tidak melihat kepada Harry; dia kelihatannya telah menjadi sangat tertarik pada kuku-kuku tangan kirinya.
   'Oh,' kata Harry. 'Benar. Baiklah.'
   'Kukira kami tidak harus tinggal di sana sepanjang perjalanan,' kata Hermione cepat-cepat. 'Surat-surat kami mengatakan kami hanya harus menerima instruksi dari Kepala Murid Lelaki dan Perempuan dan kemudian berpatroli di koridor dari waktu ke waktu.'
   'Baik,' kata Harry lagi. 'Well, aku --  kalau begitu ketemu lagi nanti.'
   'Yeah, pasti,' kata Ron, memberi Harry pandangan cemas yang berpindah-pindah, 'Harus pergi ke bawah sana itu menyebalkan,aku lebih suka -- tetapi kami harus -- maksudku, aku tidak menikmatinya, aku bukan Percy,' dia mengakhiri dengan menantang.
   'Aku tahu kamu bukan,' kata Harry dan dia menyengir. Tetapi selagi Hermione dan Ron menyeret koper-koper mereka, Crookshanks dan Pigwidgeon dalam sangkar menuju ujung mesin dari kereta api, Harry merasakan rasa kehilangan yang ganjil. Dia belum pernah bepergian di atas Hogwarts Express tanpa Ron.
   'Ayo,' Ginny menyuruhnya, 'jika kita bergerak terus kita akan dapat menyisakan tempat untuk mereka.'
   'Benar,' kata Harry, sambil mengangkat sangkar Hedwig di satu tangan dan pegangan kopernya di tangan yang lain. Mereka berjuang menyusuri koridor, mengintai ke dalam pintu-pintu berpanel kaca ke dalam kompartemen-kompartemen yang mereka lalui, yang sudah penuh. Harry tidak dapat tidak memperhatikan bahwa banyak orang menatap balik kepadanya dengan minat yang besar dan bahwa beberapa dari mereka menyikut tetangga mereka dan menunjuk dia. Setelah dia menemui perilaku ini di lima gerbong berturut-turut dia teringat bahwa DailyProphet telah memberitahu para pembacanya sepanjang musim panas bahwa dia seorang tukang pamer pembohong. Dia bertanya-tanya dengan bosan apakah orang-orang yang sekarang menatapinya dan berbisik-bisik mempercayai cerita-cerita itu.
   Di gerbong paling akhir mereka berjumpa dengan Neville Longbottom, teman kelas lima Harry di Gryffindor, wajahnya yang bundar berkilat karena usaha menarik kopernya dan mempertahankan pegangan satu tangan pada kataknya yang meronta-ronta, Trevor.
   'Hai, Harry,' dia terengah-engah. 'Hai, Ginny ... semua tempat penuh ... aku tidak bisa menemukan tempat duduk ...'
   'Apa yang kau bicarakan?' kata Ginny, yang telah menyelip melewati Neville untuk mengintai ke dalam kompartemen di belakangnya. 'Ada tempat di yang satu ini, hanya ada Loony Lovegood di sini --'
   Neville menggumamkan sesuatu mengenai tidak ingin mengganggu siapapun.
   'Jangan bodoh,' kata Ginny sambil tertawa, 'dia baik kok.'
   Dia menggeser pintu hingga terbuka dan menarik kopernya ke dalam. Harry dan Neville mengikuti.
   'Hai, Luna,' kata Ginny, 'bolehkah kami ambil tempat duduk ini?'
   Anak perempuan di samping jendela melihat ke atas. Dia mempunyai rambut pirang kotor sepanjang pinggang yang terurai, alis mata yang sangat pucat dan mata menonjol yang memberinya penampilan terkejut yagn permanen. Harry langsung tahu mengapa Neville memilih melewatkan kompartemen ini. Anak perempuan itu mengeluarkan aura kebodohan yang tampak jelas. Mungkin fakta bahwa dia telah menusukkan tongkatnya di belakang telinga kirinya supaya tidak hilang, atau bahwa dia telah memilih untuk memakai kalung yang terbuat dari gabus-gabus Butterbeer, atau bahwa dia sedang membaca sebuah majalah terbalik. Matanya bergeser dari Neville dan berhenti pada Harry. Dia mengangguk.
   'Trims,' kata Ginny, tersenyum kepadanya.
   Harry dan Neville menyimpan ketiga koper dan sangkar Hedwig di rak bagasi dan duduk. Luna memperhatikan mereka melewati majalahnya yang terbalik, yang dinamakan The Quibbler. Dia tampaknya tidak perlu  berkedip sebanyak manusia normal. Dia menatap dan menatap terus pada Harry, yang telah mengambil tempat duduk di seberangnya dan sekarang berharap tidak melakukan hal itu.
   'Musim panasmu menyenangkan, Luna? Ginny bertanya.
   'Ya,' kata Luna sambil melamun, tanpa melepaskan pandangan dari Harry. 'Ya, cukup menyenangkan, kau tahu. Kau Harry Potter,' dia menambahkan.
   'Aku tahu itu,' kata Harry.
   Neville tertawa kecil. Luna memalingkan matanya yang pucat ke arahnya.
   'Dan aku tidak tahu siapa kamu.'
   'Aku bukan siapa-siapa,' kata Neville cepat-cepat.
   'Bukan,' kata Ginny tajam. 'Neville Longbottom -- Luna Lovegood. Luna setingkat denganku, tetapi di Ravenclaw.'
   'Kecerdasan melebihi ukuran adalah harta terbesar manusia,' kata Luna dengan suara menyanyi.
   Dia mengangkat majalahnya yang terbalik cukup tinggi untuk menyembunyikan wajahnya dan terdiam. Harry dan Neville saling memandang dengan alis terangkat. Ginny berusaha menahan tawa terkikik.
   Kereta api terus berderak maju, semakin cepat membawa mereka ke alam perdesaan bebas. Hari itu adalah hari yang aneh dan tidak menentu; satu saat gerbong dipenuhi sinar matahari dan saat berikutnya mereka melewati awan-awan yang gelap yang tidak menyenangkan.
   'Tebak apa yang kudapat pada hari ulang tahunku?' kata Neville.
   'Remembrall lagi?' kata Harry, teringat pada alat mirip kelereng yang telah dikirimkan nenek Neville kepadanya dengan maksud memperbaiki ingatannya yang parah.
   'Bukan,' kata Neville. 'Walaupun aku memang butuh satu, aku menghilangkan yang lama sudah lama sekali ... bukan, lihat ini ...'
   Dia menyisipkan tangan yang tidak sedang mempertahankan genggaman erat pada kataknya, Trevor ke dalam tas sekolahnya dan setelah sedikit merogoh-rogoh menarik keluar apa yang tampak seperti sebuah kaktus kelabu kecil dalam pot, kecuali ia ditutupi benda yang lebih mirip bisul daripada duri.
   'Mimbulus mimbletonia,' katanya dengan bangga.
   Harry menatap benda itu. Benda itu sedang bergetar sedikit, memberinya penampilan yang seram seperti beberapa organ dalam.
   'Benar-benar langka,' kata Neville sambil tersenyum. 'Aku tidak tahu apakah ada satu saja di salah satu rumah kaca di Hogwarts. Aku tak sabar untuk memperlihatkannya kepada Profesor Sprout. Kakek Algieku membelinya untukku di Assyria. Aku akan mencoba membiakannya,'
   Harry tahu bahwa mata pelajaran favorit Neville adalah Herbologi tetapi demi hidupnya dia tidak bisa melihat apa yang diinginkannya dengan tanaman kecil yang aneh itu.
   'Apakah dia -- er -- melakukan sesuatu?' tanyanya.
   'Banyak hal!' kata Neville dengan bangga. 'Dia punya mekanisme pertahanan yang mengagumkan. SIni, pegang Trevor ...'
   Dia membuang katak itu ke pangkuan Harry dan mengambil sebuah pena bulu dari tas sekolahnya. Mata Luna Lovegood yang membelalak tampak lagi dari bagian atas majalahnya yang terbalik, untuk menyaksikan apa yang sedang dilakukan Neville. Neville memegang Mimbulus mimbletonia itu sejajar dengan matanya, lidahnya berada di antara gigi-giginya, memilih satu titik, dan memberi tanaman itu sebuah tusukan tajam dengan ujung pena bulunya.
    Cairan bermuncratan dari setiap bisul pada tanaman itu; pancaran yang deras, bau, berwarna hijau gelap. Cairan itu menghantam langit-langit, jendela-jendela, dan memerciki majalah Luna Lovegood; Ginny, yang telah mengatupkan lengannya ke depan wajahnya tepat waktu, hanya tampak seperti mengenakan topi hijau berlumut, tetapi Harry, yang tangannya sibuk mencegah Trevor kabur, menerima satu muka penuh cairan. Baunya seperti pupuk kandang yang anyir.
    Neville, yang muka dan badannya juga basah kuyup, menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan yang terburuk dari matanya.
    'S-sori,' dia megap-megap. 'Aku belum pernah mencobanya ... tidak sadar akan jadi begini ... jangan khawatir, Stinksap (Getah-Bau) tidak beracun,' dia menambahkan dengan gugup, selagi Harry meludahkan satu mulut penuh ke lantai.
    Pada saat yang sama pintu kompartemen mereka bergeser terbuka.
    'Oh ... halo, Harry,' kata sebuah suara gugup. 'Um ... waktu yang tidak tepat?'
    Harry menyeka lensa kacamatanya dengan tangannya yang bebas dari Trevor. Seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut hitam berkilau sedang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum kepadanya: Cho Chang, Seeker tim Quidditch Ravenclaw.
    'Oh ... hai,' kata Harry dengan hampa.
    'Um ...' kata Cho. 'Well ... hanya ingin mengatakan halo ... kalau begitu sampai jumpa.'
    Dengan wajah agak merona merah, dia menutup pintu dan  pergi. Harry merosot ke tempat duduknya dan mengerang. Dia ingin Cho menemukannya sedang duduk dengan sekelompok orang-orang keren yang sedang tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon yang baru dibuatnya; dia tidak akan memilih duduk dengan Neville dan Loony Lovegood, sambil menggengam seekor katak dan basah kuyub oleh Stinksap.
     'Tidak mengapa,' kata Ginny dengan menguatkan diri. 'Lihat, kita bisa menghilangkan ini semua dengan mudah.' Dia menarik keluar tongkatnya. 'Scourgify.'
    Stinksap itu menghilang.
    'Sori,' kata Neville lagi, dengan suara kecil.
    Ron dan Hermione tidak muncul selama hampir satu jam, pada saat itu troli makanan telah lewat. Harry, Ginny dan Neville telah menghabiskan pai labu mereka dan sedang sibuk bertukar Kartu Cokelat Kodok ketika pintu kompartemen bergeser terbuka dan mereka masuk, ditemani oleh Crookshanks dan Pigwidgeon yang beruhu dengan nyaring dalam sangkarnya.
    'Aku lapar berat,' kata Ron, menyimpan Pigwidgeon di samping Hedwig, sambil meraih sebuah Cokelat Kodok dari Harry dan melemparkan dirinya ke tempat duduk di sebelahnya. Dia merobek pembungkusnya, menggigit kepala kodok itu hingga putus dan bersandar dengan mata tertutup seakan-akan dia telah melewati pagi yang sangat melelahkan.
    'Well, ada dua orang prefek kelas lima dari masing-masing rumah,' kata Hermione, terlihat sangat tidak senang ketika dia mengambil tempat duduk. 'Seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan.'
    'Dan tebak siapa yang jadi prefek Slytherin?' kata Ron, masih dengan mata tertutup.
    'Malfoy,' jawab Harry seketika, yakin bahwa yang paling ditakutkannya akan dibenarkan.
    'Tentu saja,' kata Ron dengan getir, sambil menjejalkan sisa Kodok ke dalam mulutnya dan mengambil yang lain.
    'Dan si sapi Pansy Parkinson,' kata Hermione dengan ganas. 'Bagaimana dia bisa jadi prefek padahal dia lebih tolol daripada troll yang geger otak ...'
    'Siapa dari Hufflepuff?' Harry bertanya.
    'Ernie Macmillan dan Hannah Abbot,' kata Ron dengan cepat.
    'Dan Anthony Goldstein dan Padma Patill dari Ravenclaw,' kata Hermione.
    'Kau pergi ke Pesta Dansa dengan Padma Patil,' kata sebuah suara samar.
    Semua orang menoleh untuk memandang Luna Lovegood, yang sedang menatap Ron tanpa berkedip dari balik The Quibbler. Dia menelan Kodok di mulutnya.
    'Yeah, aku tahu itu,' dia berkata, terlihat agak terkejut.
    'Dia tidak begitu menikmatinya,' Luna memberitahunya. 'Dia berpikir kamu tidak memperlakukannya cukup baik, karena kamu tidak mau berdansa dengannya. Kupikir aku tidak akan mempersoalkan hal itu,' dia menambahkan dengan penuh pemikiran, 'aku tidak begitu suka berdansa.'
    Dia menarik diri lagi ke balik The Quibbler. Ron menatap sampulnya dengan mulut terbuka selama beberapa detik, kemudian berpaling pada Ginny untuk mendapatkan penjelasan, tetapi Ginny telah menjejalkan buku-buku jarinya ke dalam mulut untuk menghentikan dirinya tertawa terkikik-kikik. Ron menggelengkan kepalanya, kaget, lalu mengecek jam tangannya.
    'Kami harus berpatroli di koridor beberapa waktu sekali,' dia memberitahu Harry dan Neville, 'dan kami bisa memberi hukuman jika orang-orang bertingkah tidak pantas. Aku tidak sabar ingin menghukum Crabbe dan Goyle karena sesuatu ...'
    'Kamu tidak seharusnya menyalahgunakan kedudukanmu, Ron!' kata Hermione dengan tajam.
    'Yeah, benar, karena Malfoy sama sekali tidak akan menyalahgunakannya,' kata Ron dengan kasar.
    'Jadi kamu akan turun ke tingkatannya?'
    'Tidak, aku hanya ingin memastikan aku menangkap sobat-sobatnya sebelum dia menangkap sobat-sobatku.'
    'Demi Tuhan, Ron --'
    'Akan kubuat Goyle menulis, itu akan membunuhnya, dia benci menulis,' kata Ron dengan gembira. Dia merendahkan suaranya menjadi dengkuran rendah Goyle dan, sambil menegangkan wajahnya dengan tampang konsentrasi yang menyakitkan, menirukan menulis di udara. 'Aku ... tidak ... boleh ... terlihat ... seperti ... bokong ... babon. '
    Semua orang tertawa, tetapi tidak ada yang tertawa lebih keras daripada Luna Lovegood. Dia mengeluarkan jeritan kegembiraan yang mengakibatkan Hedwig terbangun dan mengepak-ngepakkan sayapnya tidak senang dan Crookshanks melompat ke rak bagasi sambil mendesis. Luna tertawa sangat keras sehingga majalahnya tergelincir dari pegangannya, meluncur ke bawah kakinya dan ke atas lantai.
    'Itu lucu!'
    Matanya yang menonjol penuh air mata ketika dia menarik napas dengan terengah-engah, sambil menatap Ron. Sama sekali tidak menyangka, Ron melihat sekeliling pada yang lain, yang sekarang sedang menertawakan ekspresi di wajahnya dan tawa berkepanjangan Luna Lovegood yang menggelikan, yang sedang bergoyang maju-mundur, sambil mencengkeram sisi tubuhnya.
    'Apa kau mengolokku?' kata Ron sambil merengut kepadanya.
    'Bokong ... babon!' dia tercekik sambil memegang tulang iganya.
    Yang lain semuanya sedang memperhatikan Luna tertawa, tetapi Harry, sambil memandang sekilas majalah di lantai, memperhatikan sesuatu yang membuatnya mengambilnya. Ketika terbalik sulit mengatakan gambar apa yang ada di depan, tetapi Harry sekarang menyadari bahwa itu adalah kartun yang lumayan buruk dari Cornelius Fudge; Harry hanya mengenalinya karena topi bowler hijau limaunya. Salah satu tangan Fudge mememgang sekantong emas; tangan yang lain sedang mencekik goblin. Kartun itu diberi judul: Seberapa Jauh Fudge akan Bertindak untuk Mendapatkan Gringotts?
    Di bawah ini ada daftar judul-judul artikel lain di dalam majalah.
Korupsi di Liga Quidditch
Bagaimana Tornados Mengambil Kendali
Rahasia Rune Kuno Terungkap
Sirius Black: Penjahat atau Korban?
'Boleh aku melihat ini?' Harry bertanya pada Luna dengan tidak sabar.
    Dia mengangguk, masih menatap Ron, terengah-engah akibat tertawa.
    Harry membuka majalah itu dan membaca sepintas indeksnya. Hingga saat ini dia telah benar-benar melupakan majalah yang telah diserahkan Kingsley kepada Mr Weasley untuk diberikan kepada Sirius, tapi itu pastilah edisi The Quibbler yang ini.
    Dia menemukan halaman itu, dan membalik-balik dengan bergairah ke artikel itu.
    Ini juga diilustrasikan dengan sebuah kartun yang lumayan jelek; bahkan, Harry tidak akan tahu itu seharusnya gambar Sirius kalau tidak diberi judul. Sirius sedang berdiri di atas setumpuk tulang manusia dengan tongkat di luar. Judul berita pada artikel itu menyatakan:
    SIRIUS -- SEHITAM YANG DIGAMBARKAN?
    Pembunuh masal yang terkenal jahatnya atau sensasi nyanyi yang tidak bersalah?
Harry harus membaca kalimat pertama ini beberapa kali sebelum dia yakin bahwa dia tidak salah mengerti. Sejak kapan Sirius jadi sensasi nyanyi?
    Selama empat belas tahun Sirius Black telah diyakini bersalah atas pembunuhan masal dua belas Muggle tidak
   bersalah dan seorang penyihir. Pelolosan Black yang berani dari Azkaban dua tahun yang lalu telah mengarah
   kepada perburuan manusia terluas yang pernah dilakukan oleh Kementerian Sihir. Tidak satupun dari kita pernah
   mempertanyakan apakah dia pantas ditangkap kembali dan diserahkan kepada para Dementor.
        TAPI APAKAH DIA PANTAS?
        Bukti baru yang mengejutkan baru-baru ini telah dikemukakan bahwa Sirius Black mungkin tidak
   melaksanakan kejahatan yang menyebabkan dia dikirim kek Azkaban. Kenyataannya, kata Doris Purkiss, dari
   18 Acanthia Way, Little Norton, Black mungkin tidak berada di tempat pembunuhan.
        'Apa yang tidak disadari orang-orang adalah bahwa Sirius Black adalah nama palsu,' kata Mrs Purkiss.
   'Lelaki yang diyakini orang-orang sebagai Sirius Black sebenarnya adalah Stubby Boardman, penyanyi utama dari
   kelompok nyanyi populer The Hobgoblins, yang pensiun dari muka umum setelah terhantam di bagian telinga dengan 
   sebuah lobak pada sebuah konser di Aula Gereja Little Norton hampir lima belas tahun yang lalu. Aku langsung
   mengenali dia ketika menyaksikan gambarnya di koran. Adapun Stubby tidak mungkin telah melakukan kejahatan
   itu, karena pada hari yang dipertanyakan dia kebetulan sedang menikmati makan malam romantis dengan cahaya
   lilin bersamaku. Aku telah menulis kepada Menteri Sihir dan sedang menantikan dia untuk memberi Stubby, alias
   Sirius, pengampunan penuh kapan saja saat ini.
Harry selesai membaca dan menatap halaman itu dengan tidak percaya. Mungkin itu lelucon, pikirnya, mungkin majalah itu sering mencetak berita lelucon. Dia membalik-balik beberapa halaman dan menemukan berita tentang Fudge.
    Cornelius Fudge, Menteri Sihir, menyangkal bahwa dia merencanakan untuk mengambil alih pengelolaan Bank 
    Penyihir, Gringgots, ketika dia terpilih menjadi Menteri Sihir lima tahun yang lalu. Fudge selalu bersikeras bahwa 
    dia tidak menginginkan lebih dari 'kerja sama damai' dengan para penjaga emas kita.
        TAPI APAKAH MEMANG BEGITU?
        Sumber-sumber yang dekat dengan Menteri baru-baru ini telah mengungkapkan bahwaa ambisi Fudge yang paling
    berhahrga adalah merampas kendali atas pasokan emas goblin dan bahwa dia tidak akan ragu-ragu untuk
    menggunakan kekuatan jika terpaksa.
        'Juga takkan jadi yang pertama kalinya,' kata orang dalam Kementerian. 'Cornelius "Pelumat-Goblin" Fudge,
    itulah panggilan teman-temannya. Jika Anda bisa mendengarnya ketika dia mengira tidak ada yang sedang
    menguping, oh, dia selalu berbicara tentang goblin-goblin yang sudah dihabisinya; dia menenggelamkan mereka, dia
    menjatuhkan mereka dari gedung-gedung, dia meracuni mereka, dia memasak mereka dalam pai ...'
Harry tidak membaca lebih lanjut. Fudge mungkin memiliki banyak kesalahan tapi Harry merasa sangat sukar membayangkannya memerintah para goblin untuk dimasak dalam pai. Dia membalik-balik sisa majalah itu. Berhenti sejenak di tiap halaman, dia membaca: sebuah tuduhan bahwa Tutshill Tornados menang Liga Quidditch dengan gabungan pemerasan, utak-atik sapu yang ilegal dan penyiksaan; sebuah wawancara dengan seorang penyihir yang mengklaim telah terbang ke bulan dengan sebuah Sapu Bersih Enam dan membawa kembali sekantong kodok bulan untuk membuktikannya; dan sebuah artikel tentang rune kuno yang setidaknya menjelaskan mengapa Luna membca The Quibbler terbalik. Menurut majalah itu, kalau kamu membalikkan rune-rune itu mereka menyingkapkan sebuah mantera untuk membuat telinga musuhmu berubah menjadi jeruk. Bahkan, dibandingkan dengan artikel-artikel lain dalam The Quibbler, saran bahwa Sirius mungkin sebenarnya penyanyi utama dari The Hobgoblins agak masuk akal.
    'Ada yang bagus di sana?' tanya Ron selagi Harry menutup majalah itu.
    'Tentu saja tidak,' kata Hermione dengan pedas, sebelum Harry bisa menjawab. 'The Quibbler itu sampah, semua orang tahu itu.'
    'Maaf,' kata Luna; suaranya mendadak kehilangan sifat bermimpinya. 'Ayahku editornya.'
    'Aku -- oh,' kata Hermione, terlihat malu. 'Well ... itu punya beberapa hal menarik ... maksudku, itu agak ...'
    'Akan kuambil kembali, terima kasih,' kata Luna dengan dingin, dan dengan mencondongkan badan ke depan dia merenggutnya dari tangan Harry. Setelah membalik-baliknya ke halaman lima puluh tujuh, dia membalikkannya lagi dengan tegas dan menghilang ke baliknya, persis ketika pintu kompartemen terbukan untuk ketiga kalinya.
    Harry menoleh; dia telah mengharapkan hal ini, tetapi itu tidak membuat penampakan Draco Malfoy menyeringai kepadanya diapit kroni-kroninya Crabbe dan Goyle lebih menyenangkan.
    'Apa?' dia berkata dengan agresif, sebelum Malfoy bisa membuka mulutnya.
    'Yang sopan, Potter, atau akan kuberi kau detensi,' Malfoy berkata dengan nada panjang, rambutnya yang pirang rapi dan dagunya yang runcing persis ayahnya. 'Kau lihat bahwa aku, tak seperti kamu, telah dijadikan prefek, yang berarti bahwa aku, tak seperti kamu, punya kuasa untuk memberikan hukuman.'
    'Yeah,' kata Harry, 'tapi kau, tak seperti aku, adalah orang brengsek, jadi enyahlah dan tinggalkan kami sendiri.'
    Ron, Hermione, Ginny dan Neville tertawa. Bibir Malfoy mencibir.
    'Beritahu aku, bagaimana rasanya menjadi yang terbaik-kedua terhadap Weasley, Potter?' dia bertanya.
    'Diam, Malfoy,' kata Hermione dengan tajam.
    'Tampaknya aku telah menyentuh daerah peka,' kata Malfoy sambil menyeringai. 'Well, jaga dirimu saja, Potter, karena aku akan mengikuti langkah kakimu seperti anjing kalau-kalau kamu keluar dari garis.'
    'Keluar!' kata Hermione sambil berdiri.
    Sambil terkikik-kikik, Malfoy memberi Harry pandangan dengki terakhir dan pergi, dengan Crabbe dan Goyle berjalan dengan lamban mengikutinya. Hermione membanting pintu kompartemen di belakang mereka dan berbalik untuk memandang Harry, yang tahu seketika bahwa dia, seperti dirinya, telah mengerti apa yang dikatakan Malfoy dan dibuat sama tidak tenangnya oleh perkataan Malfoy.
    'Beri kami Kodok lagi,' kata Ron, yang jelas tidak memperhatikan apa-apa.
    Harry tidak bisa berbicara dengan bebas di depan Neville dan Luna. Dia saling bertukar pandangan gelisah dengan Hermione sekali lagi, lalu menatap keluar jendela.
    Dia telah berpikir kedatangan Sirius bersamanya ke stasiun adalah sesuatu untuk ditertawakan, tapi mendadak hal itu tampak sembrono, kalau bukan benar-benar berbahaya ... Hermione benar ... Sirius seharusnya tidak ikut. Bagaimana kalau Mr Malfoy telah memperhatikan anjing hitam itu dan memberitahu Draco? Bagaimana kalau dia telah menarik kesimpulan bahwa keluarga Weasley, Lupin, Tonks dan Moody tahu di mana Sirius bersembunyi? Atau apakah Malfoy menggunakan kata 'mengikuti seperti anjing' karena kebetulan?
    Cuaca tetap tidak menentu ketika mereka berjalan semakin jauh dan semakin ke utara. Hujan memerciki jendela-jendela dengan setengah hati, lalu matahari memberi kemunculan lemah sebelum awan menutupinya sekali lagi. Ketika kegelapan tiba dan lampu-lampu masuk ke dalam gerbong, Luna menggulung The Quibbler, memasukkannya dengan hati-hati ke dalam tasnya dan sebagai gantinya menatapi setiap orang dalam kompartemen.
    Harry sedang duduk dengan dahinya ditekan terhadap jendela kereta, mencoba mendapatkan pandangan sekilas pertama dari Hogwarts, tetapi langit tidak berbulan dan jendela yang dikenai hujan tampak sangat kotor.
    'Kita sebaiknya ganti pakaian,' kata Hermione akhirnya, dan mereka semua membuka koper-koper mereka dengan susah payah dan memakai jubah sekolah mereka. Dia dan Ron memasang lencana-lencana prefek mereka dengan hati-hati di dada mereka. Harry melihat Ron memeriksa bayangannya di jendela yang hitam.
    Akhirnya, kereta api mulai melambat dan mereka mendengar kegaduhan yang biasa di mana-mana ketika semua orang berebut mengumpulkan barang-barang bawaan dan binatang-binatang peliharaan mereka, bersiap untuk turun. Karena Ron dan Hermione harus mengawasi semua ini, mereka menghilang dari gerbong lagi, meninggalkan Harry dan yang lainnya untuk menjaga Crookshanks dan Pigwidgeon.
    'Aku akan membawa burung hantu itu, kalau kau mau,' kata Luna kepada Harry sambil mengulurkan tangan pada Pigwidgeon selagi Neville menyimpan Trevor dengan hati-hati ke kantong dalam.
    'Oh -- er -- trims,' kata Harry sambil menyerahkan sangkar kepadanya dan mengangkat Hedwig lebih kokoh ke lengannya.
    Mereka keluar dari kompartemen sambil merasakan sengatan pertama udara malam di wajah-wajah mereka ketika mereka bergabung dengan kerumunan di koridor. Pelan-pelan, mereka bergerak menuju pintu-pintu. Harry dapat mencium pohon-pohon cemara yang berbaris di jalan turun ke danau. Dia turun ke peron dan melihat sekeliling, untuk mendengarkan panggilan akrab 'kelas satu ke sini ... kelas satu ...'
    Tetapi panggilan itu tidak datang. Alih-alih, sebuah suara yang sangat berbeda, suara seorang wanita yang tegas, sedang memanggil, 'Kelas satu berbaris di sini! Semua anak kelas satu datang kepadaku!'
    Sebuah lentera datang berayun-ayun menuju Harry dan dari cahayanya dia melihat dagu menonjol dan potongan rambut sangat pendek Profesor Grubbly-Plank, penyihir wanita yang telah mengambil alih pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib Hagrid selama beberapa waktu tahun lalu.
    'Di mana Hagrid?' dia berkata kuat-kuat.
    'Aku tidak tahu,' kata Ginny, 'tapi kita sebaiknya minggir, kita menghalangi pintu.'
    'Oh, yeah ...'
    Harry dan Ginny menjadi terpisah ketika mereka bergerak sepanjang peron dan keluar dari stasiun. Terdesak oleh kerumunan, Harry mengedip melalui kegelapan untuk mencari kilasan Hagrid; dia pasti ada di sini, Harry telah mengandalkan hal itu -- melihat Hagrid lagi adalah salah satu hal yang paling dinantikannya. Tapi tidak ada tanda-tandanya.
    Dia tidak mungkin pergi, Harry memberitahu dirinya sendiri selagi dia bergerak dengan pelan ke jalan di luar bersama sisa kerumunan. Dia hanya masuk angin atau apapun ...
    Dia melihat sekitar untuk mencari Ron atau Hermione, ingin tahu apa pikiran mereka tentang pemunculan kembali Profesor Grubby-Plank, tetapi keduanya tidak ada di dekatnya, jadi dia membiarkan dirinya sendiri didorong maju ke jalan gelap yang dibasahi hujan di luar Stasiun Hogsmeade.
    Di sini berdiri sekitar seratus kereta tanpa kuda yang selalu membawa murid-murid di atas kelas satu ke kastil. Harry melihat sekilas pada kereta-kereta itu, berpaling untuk mencari-cari Ron dan Hermione, kemudian berpaling untuk melihat sekali lagi.
    Kereta-kereta itu tidak lagi tak berkuda. Ada makhluk-makhlun yang berdiri di antara pasak kereta. Kalau dia harus memberi mereka nama, dia merasa dia akan harus memanggil mereka kuda, walaupun juga ada sesuatu yang seperti reptil pada mereka. Mereka sepenuhnya tidak berdaging, mantel hitam mereka bergantung pada kerangka mereka, yang setiap tulangnya tampak. Kepala mereka seperti naga, dan mata mereka yang tidak memiliki pupil berwarna putih dan membelalak. Berdiri diam dan tenang dalam kumpulan yang suram, makhluk-makhluk itu tampak mengerikan dan mengancam. Harry tidak mengerti mengapa kereta-kereta itu ditarik oleh kuda-kuda mengerikan ini kalau cukup mampu bergerak sendiri.
    'Di mana Pig?' kata suara Ron, di belakang Harry.
    'Cewek Luna itu membawanya,' kata Harry, berpaling dengan cepat, sangat ingin menanyakan pendapat Ron mengenai Hagrid. 'Di mana menurutmu --'
    '-- Hagrid berada? Aku tak tahu,' kata Ron, terdengar khawatir. 'Dia sebaiknya tidak apa-apa ...'
    Tidak jauh dari mereka, Draco Malfoy, diikuti oleh kelompok kecil kroni-kroninya termasuk Crabbe, Goyle dan Pansy Parkinson, sedang mendorong beberapa anak kelas dua yang terlihat takut-takut dari jalannya sehingga dia dan teman-temannya bisa mendapatkan kereta untuk diri mereka. Beberapa detik kemudian, Hermione muncul terengah-engah dari kerumunan.
    'Malfoy bersikap sangat jahat kepada seorang anak kelas satu di belakang sana. Aku sumpah aku akan melaporkan dia, dia baru memiliki lencananya tiga menit dan dia sudah menggunakannya untuk mengganggu orang-orang lebih buruk dari yang pernah terjadi ... di mana Crookshanks?'
    'Ginny membawanya,' kata Harry. 'Itu dia ...'
    Ginny baru saja muncul dari kerumunan, sambil mencengkeram Crookshanks yang menggeliat.
    'Trims,' kata Hermine, sambil membebaskan Ginny dari kucing itu. 'Ayo, mari mengambil sebuah kereta bersama sebelum semuanya terisi penuh ...'
    'Aku belum dapat Pig!' Ron berkata, tetapi Hermione telah menuju kereta terdekat yang belum terisi. Harry tetap di belakang dengan Ron.
    'Menurutmu, benda-benda apa itu?' dia bertanya kepada Ron, sambil mengangguk kepada kuda-kuda mengerikan itu selagi murid-murid lain bergerak melewati mereka.
    'Benda apa?'
    'Kuda itu --'
    Luna muncul sambil memegang sangkar Pigwidgeon di lengannya; burung hantu mungil itu sedang mencicit-cicit dengan bergairah seperti biasa.
    'Ini dia,' katanya. 'Dia burung hantu yang manis, benar 'kan?'
    'Er ... yeah ... dia lumayan,' kata Ron dengan keras. 'Well, kalau begitu ayo, mari masuk ... apa yang tadi kau katakan, Harry?'
    'Aku tadi bilang, makhluk kuda itu apa?' Harry berkata ketika dia, Ron dan Luna memasuki kereta di mana Hermione dan Ginny telah duduk.
    'Makhluk kuda apa?'
    'Makhluk kuda yang sedang menarik kereta-kereta!' kata Harry dengan tidak sabar. Bagaimanapun, mereka berada sekitar tiga kaki dari yang terdekat; makhluk itu sedang mengawasi mereka dengan mata putih yang kosong. Namun Ron memberi Harry pandangan bingung.
    'Apa yang sedang kau bicarakan?'
    'Aku sedang membicarakan tentang -- lihat!'
    Harry menyambar lengan Ron dan menariknya sehingga dia tepat berhadapan dengan kuda bersayap itu. Ron menatap langsung ke arahnya selama sedetik, lalu melihat balik kepada Harry.
    'Apa yang seharusnya sedang kulihat?'
    'Di -- sana, antara pasak-pasak! Terkekang ke kereta! Ada persis di sana di depan --'
    Tetapi Ron terus tampak melongo, sebuah pikiran aneh timbul pada diri Harry.
    'Tidakkah ... tidakkah kamu bisa melihat mereka?'
    'Melihat apa?'
    'Tidakkah kamu melihat apa yang sedang menarik kereta-kereta?'
    Ron terlihat benar-benar khawatir sekarang.
    'Apakah kamu merasa baik-baik saja, Harry?'
    'Aku ... yeah ...'
    Harry merasa sangat bingung. Kuda itu ada di depannya, berseri-seri dengan kuat dalam cahaya suram yang berasal dari jendela-jendela stasiun di belakang mereka, uap membumbung dari lubang hidungnya dalam usara malam yang dingin. Walau begitu, kecuali Ron berpura-pura -- dan jika benar itu adalah lelucon yang garing -- Ron sama sekali tidak bisa melihatnya.
    'Kalau begitu, apakah kita akan naik?' kata Ron tidak pasti, sambil melihat kepada Harry seakan-akan mengkhawatirkan dirinya.
    'Yeah,' kata Harry. 'Yeah, teruskan ...'
    'Tidak apa-apa,' kata sebuah suara melamum dari samping Harry ketika Ron menghilang ke dalam interior kereta yang gelap. 'Kamu tidak gila atau apapun. Aku juga bisa melihat mereka.'
    'Bisakah kamu?' kata Harry dengan putus asa, berpaling kepada Luna. Dia bisa melihat kuda-kuda bersayap kelelawar itu terpantul pada matanya yang lebar keperakan.
    'Oh, ya,' kata Luna, 'aku sudah bisa melihat mereka sejak hari pertamaku di sini. Mereka selalu menarik kereta. Jangan khawatir. Kamu sama warasnya denganku.'
    Sambil tersenyum samar, dia memanjat ke dalam interior kereta  yang pengap setelah Ron. Tidak tenang sepenuhnya, Harry mengikuti dia.
Previous Next

Tidak ada komentar:

Posting Komentar