Sabtu, 12 Mei 2012

HARRY POTTER and the Order of the Phoenix -- BAB LIMA -- Order of the Phoenix


HARRY  POTTER
and the Order of  the Phoenix


-- BAB  LIMA --
Order of the Phoenix

'Kau --?'
   'Ibuku tua tersayang, yeah,' kata Sirius. 'Kami telah mencoba menurunkannya selama sebulan tapi kami mengira dia menempatkan Mantera Lekat Permanen di bagian belakang kanvas. Ayo turun kek bawah, cepatlah, sebelum mereka semua terbangun lagi.'
   'Tapi apa yang dilakukan potret ibumu di sini?' Harry bertanya, bingung, ketika mereka melalui pintu ke aula dan memimpin jalan menuruni tangga batu sempit, yang lain persis di belakang mereka.
   'Belum adakah yang memberitahumu? Ini rumah orang tuaku,' kata Sirius. 'Tapi aku Black terakhir yang tersisa, jadi milikku sekarang. Aku menawarkannya kepada Dumbledore untuk dijadikan Markas Besar -- kira-kira satu-satunya hal berguna yang telah dapat kulakukan.'
   Harry, yang telah mengharapkan penyambutan yang lebih baik, mencatat betapa getir kedengarannya suara Sirius. Dia mengikuti ayah angkatnya ke dasar tangga dan melalui sebuah pintu yang menuju ke dapur bawah tanah.
    Dapur itu hampir sama suramnya dengan aula di atas, sebuah ruangan besar dengan dinding-dinding batu yang kasar. Sebagian besar cahaya datang dari api besar di sisi jauh ruangan itu. Seberkas asap pipa menggantung di udara seperti asap-asap pertempuran, melalui asap itu tampak bentuk-bentuk menakutkan pot dan panci besi berat yang bergantungan dari langit-langit yang gelap. Banyak kursi telah dijejalkan ke dalam ruangan untuk rapat dan sebuah meja kayu berdiri di tengah-tengah mereka, diseraki dengan gulungan-gulungan perkamen, piala-piala, botol-botol anggur kosong, dan sebuah tumpukan yang tampak seperti kain rombengan. Mr Weasley dan putra tertuanya Bill sedang berbicara dengan pelan dengan kepala mereka berdekatan di ujung meja.
    Mrs Weasley berdehem.Suaminya, seorang lelaki kurus berambut merah yang mulai botak yang mengenakan kacamata bertanduk, melihat sekeliling dan melompat berdiri.
    'Harry!' Mr Weasley berkata, sambil bergegas maju menyalaminya, dan menjabat tangannya dengan bersemangat. 'Senang berjumpa denganmu!'
    Melalui bahunya Harry melihat Bill, yang masih berambut gondrong diikat, buru-buru menggulung perkamen panjang yang tertinggal di meja.
    'Perjalananmu menyenangkan, Harry?' Bill berseru, sambil mencoba mengumpulkan dua belas perkamen seketika. 'Kalau begitu Mad-Eye tidak membuatmu datang melalui Greenland?'
    'Dia mencoba,' kata Tonks sambil berjalan ke arahnya untuk membantu Bill dan segera menjatuhkan sebuah lilin ke potongan perkamen terakhir. 'Oh tidak -- sori --'
    'Ini, sayang,' kata Mrs Weasley, terdengar putus asa, dan dia memperbaiki perkamen itu dengan sebuah lambaian tongkat. Dalam kilatan cahaya yang disebabkan oleh mantera Mrs Weasley Harry menangkap sekilas apa yang tampak seperti denah bangunan.
    Mrs Weasley telah melihatnya memperhatikan. Dia merenggut denah itu dari meja dan menjejalkannyay ke lengan Bill yang telah penuh beban.
    'Benda-benda seperti ini seharusnya langsung dibersihkan pada akhir rapat,' dia berkata dengan pedas, sebelum berjalan menuju sebuah lemari kuno tempat dia mengeluarkan piring-piring makan malam.
    Bill mengeluarkan tongkatnya, bergumam, 'Evanesco!' dan gulungan-gulungan itu menghilang.
    'Duduklah, Harry,' kata Sirius. 'Kau sudah pernah bertemu Mundungus, 'kan?'
    Benda yang dikira Harry tumpukan kain rombeng mengeluarkan dengkuran panjang lalu tersentak bangun.
    'Ses'orang panggil namaku?' Mundungus bergumam dengan mengantuk. 'Aku s'tuju dengan Sirius ...' Dia mengangkat sebuah tangan yang sangat berbonggol ke udara seolah-olah sedang memberi suara, matanya yang terkulai dan merah tidak terfokus.
    Ginny cekikian.
    'Rapatnya sudah selesai, Dung,' kata Sirius, ketika mereka duduk di sekitarnya di meja. 'Harry sudah sampai.'
    'Eh?' kata Mundungus sambil memandani Harry dengan menakutkan melalui rambut merah kekuningannya yang kusut. 'Ya ampun, 'emang benar. Yeah ... kau baik-baik saja, 'Arry?'
    'Yeah,' kata Harry.
    Mundungus meraba-raba dengan gelisah ke dalam kantongnya, masih menatap Harry, dan menarik keluar sebuah pipa hitam kusam. Dia memasukkannya ke dalam mulutnya, menyalakan ujungnya dengan  tongkatnya dan mengisapnya dalam-dalam. Awan besar dari asap kehijauan yang mengepul mengaburkannya dalam beberapa detik.
    'Utang pe'mohonan maaf padamu,' gerutu sebuah suara dari tengah awan bau itu.
    'Untuk terakhir kalinya, Mundungus,' seru Mrs Weasley, 'bisakah kamu tolong jangan merokok benda itu di dapur, terutama tidak ketika kami sedang bersiap-siap untuk makan!'
    'Ah,' kata Mundungus. 'Benar. Maaf, Molly.'
    Awan asap itu menghilang ketika Mundungus memasukkan pipanya kembali ke dalam kantongnya, tetapi bau tajam kaus kaki terbakar tetap ada.
    'Dan kalau kalian mau makan malam sebelum tengah malam aku akan butuh bantuan,' Mrs Weasley berkata kepada orang-orang dalam ruangan. 'Tidak, kau bisa tinggal di tempatmu, Harry, kau telah melewati perjalanan panjang.'
    'Apa yang bisa kulakukan, Molly?' kata Tonks dengan antusias, sambil melompat maju.
    'Er -- tidak, tidak usah, Tonks, kamu juga beristirahatlah, kamu sudah cukup membantu hari ini.'
    'Tidak, tidak, aku mau membantu!' kata Tonks dengan cerah, sambil menjatuhkan sebuah kursi ketika dia bergegas menuju lemari, dari mana Ginny sedang mengumpulkan alat-alat makan.
    Segera, serangkaian pisau berat memotong-motong daging dan sayuran dengan sendirinya, diawasi oleh Mr Weasley, sementara Mrs Weasley mengaduk sebuah kuali yang bergantung di atas api dan yang lain mengeluarkan piring-piring, lebih banyak piala lagi dan makanan dari ruang penyimpanan. Harry ditinggal di meja dengan Sirius dan Mundungus, yang masih berkedip kepadanya dengan muram.
    'Sudah bertemu Figg tua sejak itu?' tanyanya.
    'Tidak,' kata Harry. 'Aku belum bertemu siapapun.'
    'Lihat, aku sebenarnya tak mau pergi,' kata Mundungus, sambil mencondongkan badan ke depan, dengan nada memohon dalam suaranya, 'tapi aku punya peluang bisnis --'
    Harry merasakan sesuatu menyentuh lututnya dan terkejut, tetapi itu hanya Crookshanks, kucing Hermione yang berkaki bengkok, yang melingkarkan dirinya  seketika di sekitar kaki Harry, lalu melompat ke pangkuan Sirius dan bergulung. Sirius menggaruknya dengan melamun di belakang telinga selagi dia berpaling, masih bermuka suram, kepada Harry.
    'Musim panasmu menyenangkan sejauh ini?'
    'Tidak, malah menyebalkan,' kata Harry.
    Untuk pertama kalinya, sesuatu mirip seringai berkelebat di wajah Sirius.
    'Tidak tahu apa yang kau keluhkan, aku ini.'
    'Apa?' kata Harry dengan tidak percaya.
    'Secara pribadi, aku akan menyambut serangan Dementor. Pergumulan maut demi jiwaku pastilah akan menghilangkan suasana monoton dengan baik. Kau kira kau kesusahan, setidaknya kau masih bisa keluar dan ke sekitar, merenggangkan kakimu, berkelahi sedikit ... aku telah tersangkut di dalam selama sebulan.'
    'Bagaimana bisa?' tanya Harry sambil merengut.
    'Karena Kementerian Sihir masih mengejarku, dan Voldermort sekarang pasti sudah tahu semua tentang aku jadi Animagus, Wormtail pasti sudah memberitahunya, jadi samaran besarku tidak berguna. Tak banyak yang bisa kulakukan untuk Order of Phoenix ... atau begitulah yang dirasakan Dumbledore.'
    Ada sesuatu mengenai nada yang sedikit datar dalam suara Sirius ketika mengutarakan nama Dumbledore yang memberitahu dirinya bahwa Sirius juga tidak terlalu senang kepada Kepala Sekolah itu. Harry merasakan aliran kasih sayang mendadak untuk ayah angkatnya.
    'Setidaknya kau tahu apa yang sedang terjadi,' dia berkata dengan tertahan.
    'Oh yeah,' kata Sirius dengan sarkastis. 'Mendengarkan laporan-laporan Snape, harus menerima semua petunjuk sindirannya bahwa dia di luar sana mempertaruhkan hidupnya sementara aku duduk bersandar di sini melewati waktu yang menyenangkan ... bertanya kepadaku bagaimana kelanjutan pembersihan --'
    'Pembersihan apa?' tanya Harry.
    'Mencoba menjadikan tempat ini cocok untuk tempat tinggal manusia,' kata Sirius, sambil melambaikan sebuah tangan ke sekeliling dapur yang muram itu. 'Tak ada yang tinggal di sini selama sepuluh tahun, tidak sejak ibuku meninggal, kecuali kau menghitung peri-rumahnya yang tua, dan dia sudah jadi sinting -- belum pernah membersihkan apapun untuk waktu yang sangat lama.'
    'Sirius,' kata Mundungus, yang tampaknya tidak memperhatikan percakapan itu sedikitpun, tetapi telah memeriksa dengan seksama sebuah piala kosong. 'Ini perak padat, sobat?'
    'Ya,' kata Sirius, sambil mengamatinya dengan tidak suka. 'Perak ukiran goblin abad kelima belas yang terbaik, diberi cap dengan lambang keluarga Black.'
    'Itu 'dah mengemupas,' gumam Mundungus, sambil menggosoknya dengan lengan bajunya.
    'Fred -- George -- JANGAN, BAWA SAJA!' Mrs Weasley menjerit.
    Harry, Sirius dan Mundungus memandang berkeliling dan, dalam sepersekian detik, mereka telah menukik menjauh dari meja. Fred dan George telah menyihir sekuali besar masakan sup rebusan, sebuah teko besi Butterbeer dan sebuah papan pemotong roti kayu yang berat, lengkap dengan pisau, meluncur di udara menuju mereka. Sup rebusan itu tergelincir sepanjang meja dan berhenti persis sebelum ujung meja, meninggalkan bekas bakar hitam yang panjang di permukaan kayu; teko Butterbeer jatuh dengan suara keras, menumpahkan isinya ke mana-mana; pisau roti jatuh dari papan dan mendarat, dengan ujung yang tajam di bawah dan bergetar tidak menyenangkan, persis di tempat tangan kanan Sirius berada beberapa detik sebelumnya.
    'DEMI TUHAN!' teriak Mrs Weasley. 'TIDAK PERLU ITU -- AKU SUDAH MUAK -- HANYA KARENA KALIAN DIIZINKAN MENGGUNAKAN SIHIR SEKARANG, KALIAN TIDAK HARUS MENGELUARKAN TONGKAT KALIAN UNTUK SETIAP HAL KECIL!'
    'Kami hanya mencoba menghemat waktu!' kata Fred sambil bergegas maju untuk mengungkit pisau roti itu dari meja. 'Sori, Sirius, sobat -- tidak bermaksud --'
    Harry dan Sirius keduanya tertawa; Mundungus, yang telah terhenyak ke belakang kursinya, sedang meyumpah-nyumpah ketika dia berdiri; Crookshanks mengeluarkan desisan marah dan lari ke bawah lemari, dari mana mata kuningnya yang besar bersinar di kegelapan.
    'Anak-anak,' Mr Weasley berkata, sambil mengangkat sup rebusan itu kembali ke tengah meja, 'ibu kalian benar, kalian seharusnya memperlihatkan rasa tanggung jawab setelah kalian cukup umur sekarang ini --'
    'Tidak satupun dari kakak-kakak kalian yang menyebabkan masalah seperti ini!' Mrs Weasley marah-marah kepada si kembar selagi dia membanting teko baru Butterbeer ke atas meja. 'Bill tidak merasa perlu ber-Apparate tiap beberapa kaki! Charlie tidak menyihir semua benda yang dia jumpai! Percy --'
    Dia terdiam, sambil terengah-engah dengan tatapan takut kepada suaminya, yang ekspresinya mendadak kaku.
    'Mari makan,' kata Bill dengan cepat.
    'Tampaknya lezat, Molly,' kata Lupin, sambil menyendokkan sup rebusan ke sebuah piring untuknya dan menyerahkannya ke seberang meja.
    Selama beberapa menit ada keheningan kecuali dentingan piring-piring dan alat-alat makan dan suara pergeseran kursi selagi semua orang duduk menghadap makanan mereka. Lalu Mrs Weasley berpaling kepada Sirius.
    'Aku telah ingin memberitahumu, Sirius, ada sesuatu yang terperangkap di dalam meja tulis di ruang duduk, terus saja berderak dan bergetar. Tentu saja, mungkin cuma sebuah Boggart, tetapi kupikir kita harus meminta Alastor untuk mengeceknya sebelum kita mengeluarkan benda itu.'
    'Apapun yang kau mau,' kata Sirius tanpa minat.
    'Gorden-gorden juga penuh dengan Doxy,' Mrs Weasley meneruskan. 'Kukira kita bisa mencoba dan menangkap mereka besok.'
    'Aku sangat menantikannya,' kata Sirius. Harry mendengar sindiran tajam dalam suaranya, tetapi dia tidak yakin yang lain juga mendengarnya.
    Di seberang Harry, Tonks sedang menghibur Hermione dan Ginny dengan mengubah-ubah hidungnya di antara suapan makanan. Sambil menegangkan matanya setiap kali dengan ekspresi sakit yang sama dengan yang telah dilakukannya di kamar tidur Harry dulu, hidungnya membengkak menjadi tonjolan seperti paruh yang menyerupai hidung Snape, mengerut ke ukuran sebuah jamur kancing dan lalu tumbuh banyak rambut dari masing-masing lubang hidung. Tampaknya ini adalah hiburan waktu makan yang biasa, karena Hermione dan Ginny segera meminta hidung-hidung favorit mereka.
    'Lakukan yang satu itu yang seperti moncong babi, Tonks.'
    Tonks menurut, dan Harry, sewaktu melihat ke atas, mendapat kesan sekilas bahwa seorang Dudley wanita sedang menyeringai kepadanya dari seberang meja.
    Mr Weasley, Bill dan Lupin sedang mebahas goblin dengan bersemangat.
    'Mereka belum akan menyerahkan apa-apa,' kata Bill. 'Aku masih belum bisa tahu apakah mereka percaya dia sudah kembali atau tidak. Tentu saja, mereka mungkin lebih suka tidak memihak sama sekali. Menjauh dari semuanya.'
    'Aku yakin mereka tidak akan pernah menyeberang ke Kau-Tahu-Siapa,' kata Mr Weasley sambil menggelengkan kepalanya. 'Mereka juga telah kehilangan banyak; ingat keluarga goblin yang dibunuhnya terakhir kali, di suatu tempat dekat Nottingham?'
    'Kukira tergantung apa yang ditawarkan kepada mereka,' kata Lupin. 'Dan aku tidak berbicara tentang emas. Kalau mereka ditawarkan kebebasan yang telah kita sangkalkan untuk mereka selama berabad-abad mereka akan tergoda. Apakah kamu masih belum beruntung dengan Ragnok, Bill?'
    'Saat ini dia merasa anti-penyihir,' kata Bill, 'dia masih belum berhenti marah-marah mengenai urusan Bagman, dia menganggap Kementerian menutup-nutupi, goblin-goblin itu tidak pernah menerima emas mereka darinya, kau tahu.'
    Tawa terbahak-bahak dari tengah meja menenggelamkan kata-kata Bill yang lainnya. Fred, George, Ron dan Mundungus sedang berguling-guling di tempat duduk mereka.
    '... dan kemudian,' Mundungus terbatuk-batuk, air mata mengalir menuruni wajahnya, 'dan kemudian, kalau kalian percaya, dia berkata kepadaku, katanya, "Ini, Dung, dari mana kaudapat semua katak itu? Kar'na sejumlah anak Bludger datang dan mencuri semua milikku!" Dan aku berkata, "Curi semua katakmu, Will, berikutnya apa? Jadi kalau begitu kau mau beberapa lagi?" Dan kalau kalian percaya padaku, nak, gargoyle tolol itu beli semua kataknya sendiri dariku lebih mahal dari yang dibayarnya pertama kali --'
    'Kukira kami tidak perlu  mendengar urusan bisnismu lagi, terima kasih banyak, Mundungus,' kata Mrs Weasley dengan tajam, ketika Ron merosot maju ke meja, sambil tertawa melolong.
    'Maaf, Molly,' kata Mundungus seketika, sambil menyeka matanya dan berkedip kepada Harry. 'Tapi, kau tahu, awalnya Will mencurinya dari Warty Harris jadi aku sebenarnya tidak melakukan apa-apa yang salah.'
    'Aku tidak tahu di mana kamu belajar mengenai benar dan salah, Mundungus, tapi kelihatannya kau tidak mengikuti beberapa pelajaran penting,' kata Mrs Weasley dengan dingin.
    Fred dan George menyembunyikan wajah mereka dalam piala Butterbeer mereka; George sambil berdeguk. Untuk alasan tertentu, Mrs Weasley melayangkan pandangan kejam kepada Sirius sebelum berdiri dan pergi mengambil onggokan besar puding. Harry memandang berkeliling kepada ayah angkatnya.
    'Molly tidak suka pada Mundungus,' kata Sirius dengan suara rendah.
    'Kenapa dia ada dalam Order?' Harry berkata dengan sangat pelan.
    'Dia berguna,' Sirius bergumam. 'Kenal semua bajingan -- well, pastilah, dia 'kan bajingan juga. Tapi dia juga sangat setia kepada Dumbledore, yang telah sekali membantunya keluar dari kesulitan. Berguna juga punya orang seperti Dung di sekitar kita, dia mendengar hal-hal yang tidak kita dengar. Tapi Molly berpikir mengundangnya makan malam sudah terlalu jauh. Dia belum memaafkan dia karena berkelit dari tugas ketika dia seharusnya mengekorimu.'
    Tiga kali tambah puding setelah itu, ban pinggang pada celana jins Harry sudah terasa ketat dan tidak nyaman lagi (yang menyatakan sesuatu karena celana jins itu dulunya milik Dudley). Ketika dia meletakkan sendoknya ada ketenangan percakapan umum: Mr Weasley sedang bersandar di kursinya, terlihat kenyang dan santai; Tonks sedang menguap lebar-lebar, hidungnya sekarang sudah kembali ke normal; dan Ginny, yang telah memikat Crookshanks keluar dari bawah lemari, sedang duduk bersila di atas lantai, sambil menggulirkan gabus-gabus Butterbeer untuk dikejarnya.
    'Hampir waktunya tidur, kukira,' kata Mrs Weasley sambil menguap.
    'Belum lagi, Molly,' kata Sirius sambil mendorong piring kosongnya dan berpaling kepada Harry. 'Kau tahu, aku terkejut padamu. Kukira hal pertama yang akan kau lakukan ketika kau sampai di sini adalah mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang Voldemort.'
    Suasana dalam ruangan itu berubah dengan kecepatan yang dipersamakan Harry dengan kedatangan Dementor. Beberapa detik sebelumnya, suasananya santai mengantuk, sekarang waspada, bahkan tegang. Ketegangan emosional mengelilingi meja dengan penyebutan nama Voldemort. Lupin, yang baru saja akan menyesap anggur, menurunkan pialanya dengan pelan dan terlihat waspada.
    'Aku melakukannya!' kata Harry marah. 'Aku bertanya kepada Ron dan Hermione tetapi mereka berkata bahwa kami tidak diperbolehkan berada dalam Order jadi --'
    'Dan mereka benar juga,' kata Mrs Weasley. 'Kalian terlalu muda.'
    Dia sedang duduk tegak dalam kursinya, kepalan tangannya tercengkeram pada lengan kursinya, semua jejak mengantuk telah hilang.
    'Sejak kapan seseorang harus berada dalam Order of Phoenix untuk bertanya?' tanya Sirius. 'Harry telah terkurung dalam rumah Muggle itu selama sebulan. Dia punya hak untuk tahu apa yang telah terjadi --'
    'Tunggu dulu!' kata George dengan keras.
    'Kenapa Harry mendapat jawaban atas pertanyaannya?' kata Fred dengan marah.
    'Kami telah mencoba mengorek hal-hal darimu selama sebulan dan kami belum memberitahu kami satu hal menyebalkan sekalipun!' kata George.
    '"Kalian terlalu muda, kalian tidak ada dalam Order,"' kata Fred, dengan suara melengking yang terdengar luar biasa mirip suara ibunya. 'Harry bahkan belum cukup umur!'
    'Bukan salahku kalian belum diberitahu apa yang sedang dikerjakan Order!' kata Sirius dengan tenang, 'itu adalah keputusan orang tua kalian. Harry, di sisi lain --'
    'Bukan kamu yang harus memutuskan apa yang baik untuk Harry!' kata Mrs Weasley dengan tajam. 'Kukira kamu belum lupa apa yang dikatakan Dumbledore?'
    'Bagian yang mana?' Sirius bertanya dengan sopan, tapi dengan suasana seorang pria yang bersiap-siap untuk  berkelahi.
    'Bagian mengenai tidak memberitahu Harry lebih dari yang perlu diketahui dia,' kata Mrs Weasley sambil menempatkan tekanan berat pada tiga kata terakhir.
    Kepala Ron, Hermione, Fred dan George berayun-ayun dari Sirius ke Mrs Weasley seolah-olah mereka sedang mengikuti pukulan tenis bertubi-tubi. Ginny sedang berlutut di antara tumpukan gabus Butterbeer yang terabaikan, sambil menyaksikan percakapan itu dengan mulutnya sedikit terbuka. Mata Lupin terpaku pada Sirius.
    'Aku tidak bermaksud memberitahu dia lebih dari yang perlu diketahuinya, Molly,' kata Sirius. 'Tapi karena dialah yang menyaksikan kembalinya Voldemort' (lagi-lagi, apa perasaan ngeri berkelompok mengelilingi meja dengan penyebutan nama itu) 'dia punya hak lebih dari kebanyakan --'
    'Dia bukan anggota Order of Phoenix!' kata Mrs Weasley. 'Dia baru berumur lima belas tahun dan --'
    'Dan dia telah mengatasi sebanyak yang dihadapi sebagian besar anggota Order,' kata Sirius, 'dan lebih banyak dari beberapa anggota.'
    'Tak ada yang menyangkal apa yang telah dia lakukan!' kata Mrs Weasley, suaranya naik, kepalan tangannya bergetar pada lengan kursinya. 'Tapi dia masih --'
    'Dia bukan anak kecil!' kata Sirius dengan tidak sabar.
    'Dia juga bukan orang dewasa!' kata Mrs Weasley dengan pipi merona. 'Dia bukan James, Sirius!'
    'Aku tahu dengan jelas siapa dia, terima kasih, Molly,' kata Sirius dengan dingin.
    'Aku tidak yakin kau tahu!' kata Mrs Weasley. 'Terkadang, caramu berbicara dengannya, seakan-akan kau berpikir kau mendapatkan kembali teman baikmu!'
    'Apa salahnya dengan itu?' kata Harry.
    'Apa yang salah, Harry, adalah bahwa kamu bukan ayahmu, bagaimanapun miripnya kamu dengannya!' kata Mrs Weasley, matanya masih menatap mata Sirius dalam-dalam. 'Kamu masih sekolah dan orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas dirimu seharusnya tidak melupakan hal itu!'
    'Artinya aku ayah angkat yang tidak bertanggung jawab?' tuntut Sirius, suaranya naik.
    'Artinya kamu telah dikenal bertindak dengan gegabah, Sirius, yang menyebabkan Dumbledore terus mengingatkanmu untuk tetap di rumah dan --'
    'Kita akan membiarkan instruksiku dari Dumbledore keluar dari ini, kalau kau berkenan!' kata Sirius dengan keras.
    'Arthur!' kata Mrs Weasley sambil berputar kepada suaminya. 'Arthur, dukung aku!'
    Mr Weasley tidak segera berbicara. Dia melepaskan kacamatanya dan membersihkan mereka pelan-pelan pada jubahnya, tanpa memandang istrinya. Ketika dia memakaikan kembali dengan hati-hati ke hidungnya barulah dia menjawab.
    'Dumbledore tahu kedudukannya telah berubah, Molly. Dia menerima bahwa Harry pasti harus diberitahu, sampai batas tertentu, sekarang dia telah tinggal di Markas Besar.'
    'Ya, tapi ada perbedaan antara itu dan mengundangnya bertanya apapun yang disukainya!'
    'Secara pribadi,' kata Lupin dengan tenang, sambil akhirnya membuang muka dari Sirius, selagi Mrs Weasley berpaling kepadanya dengan cepat, berharap akhirnya dia akan mendapat sekutu, 'kukira lebih baik Harry mendapatkan fakta-faktanya -- tidak semua fakta, Molly, tapi gambaran umumnya -- dari kita, daripada versi terputar-balik dari ... yang lain'
    Ekspresinya tenang, tetapi Harry merasa yakin bahwa Lupin, setidaknya, tahu bahwa beberapa Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan selamat dari penyitaan Mrs Weasley.
    'Well,' kata Mrs Weasley, sambil bernapas dalam-dalam dan melihat sekeliling meja untuk mendapat dukungan yang ternyata tidak datang, 'well ... dapat kulihat pendapatku ditolak. Aku hanya akan mengatakan ini: Dumbledore pasti punya alasan-alasannya tidak menginginkan Harry tahu terlalu banyak, dan berbicara sebagai seseorang yang memikirkan kepentingan terbaik Harry --'
    'Dia bukan anakmu,' kata Sirius dengan pelan.
    'Dia sudah kuanggap anakku,' kata Mrs Weasley dengan ganas. 'Siapa lagi yang dimilikinya?'
    'Dia punya aku!'
    'Ya,' kata Mrs Weasley, bibirnya melengkung, 'masalahnya, pastilah sulit bagimu menjaganya selama kau terkurung di Azkaban, bukan begitu?'
    Sirius mulai bangkit dari kursinya.
    'Molly, kamu bukan satu-satunya orang di meja ini yang peduli pada Harry,' kata Lupin dengan tajam. 'Sirius, duduklah.'
    Bibir bawah Mrs Weasley bergetar. Sirius terbenam kembali pelan-pelan ke dalam kursinya, wajahnya putih.
    'Kukira Harry harus dimintai pendapat mengenai hal ini,' Lupin melanjutkan, 'dia sudah cukup tua untuk memutuskan bagi dirinya sendiri.'
    'Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi,' Harry berkata seketika.
    Dia tidak memandang Mrs Weasley. Dia telah tersentuh dengan apa yang dikatakannya tentang dirinya dianggap anak, tapi dia juga tidak sabar dengan sikapnya yang terlalu memanjakan. Sirius benar, dia bukan anak kecil.
    'Baiklah,' kata Mrs Weasley, suaranya meletus. 'Ginny -- Ron -- Hermione -- Fred -- George -- aku mau kalian keluar dari dapur ini, sekarang.'
    Ada kegaduhan seketika.
    'Kami sudah cukup umur!' Fred dan George berteriak bersama.
    'Kalau Harry diizinkan, kenapa aku tidak?' teriak Ron.
    'Mum, aku mau dengar!' raung Ginny.
    'TIDAK!' teriak Mrs Weasley sambil berdiri, matanya berkilat-kilat. 'Aku sepenuhnya melarang --'
    'Molly, kau tidak bisa menghentikan Fred dan George,' kata Mr Weasley dengan letih. 'Mereka memang sudah cukup umur.'
    'Mereka masih bersekolah.'
    'Tapi mereka sekarang secara hukum orang dewasa,' kata Mr Weasley, dengan suara letih yang sama.
    Mrs Weasley sekarang wajahnya merah tua.
    'Aku -- oh, kalau begitu baiklah, Fred dan George bisa tinggal, tapi Ron --'
    'Lagipula Harry akan memberitahu aku dan Hermione semua yang kalian katakan!' kata Ron dengan panas. 'Tidak -- tidakkah begitu?' dia menambahkan dengan tidak yakin, sambil menatap mata Harry.
    Selama sepersekian detik, Harry berpikir untuk memberitahu Ron bahwa dia tidak akan memberitahunya satu patah katapun, bahwa dia bisa mencoba merasakan dikucilkan dan melihat bagaimana dia menyukainya. Tapi dorongan kejam itu menghilang ketika mereka saling berpandangan.
    'Tentu saja aku akan,' kata Harry.
    Ron dan Hermione tersenyum.
    'Baik!' teriak Mrs Weasley. 'Baik! Ginny -- TIDUR!'
    Ginny tidak pergi dengan tenang. Mereka bisa mendengarnya marah-marah dan mengamuk kepada ibunya sepanjang perjalanan naik, dan ketika dia mencapai aula teriakan memekakkan telinga Mrs Black ditambahkan pada hiruk-pikuk itu. Lupin bergegas ke potret itu untuk mengembalikan ketenangan. Baru setelah dia kembali, sambil menutup pintu dapur di belakangnya dan mengambil tempat duduknya di meja lagi, Sirius berbicara.
    'OK, Harry .. apa yang ingin kau ketahui?'
    Harry mengambil napas dalam-dalam dan menanyakan pertanyaan yang telah membuatnya terobsesi selama satu bulan terakhir ini.
    'Di mana Voldemort?' dia berkata, sambil mengabaikan kengerian dan kerenyitan saat penyebutan nama itu. 'Apa yang sedang dia lakukan? Aku telah berusaha menonton berita Muggle, dan belum ada apapun yang tampak seperti dia, tak ada kematian yang aneh atau apapun.'
    'Itu karena memang belum ada kematian yang aneh,' kata Sirius, 'tidak sejauh yang kami tahu, bagaimanapun ... dan kami tahu cukup banyak.'
    'Labih dari yang dia kira kami tahu,' kata Lupin.
    'Mengapa dia berhenti membunuhi orang-orang?' Harry bertanya. Dia tahu Voldemort telah membunuh lebih dari sekali pada tahun lalu saja.
    'Karena dia tidak ingin menarik perhatian pada dirinya,' kata Sirius. 'Akan berbahaya baginya. Kembalinya dia tidak berjalan seperti yang diinginkannya, kau tahu. Dia mengacaukannya.'
    'Atau lebih tepatnya, kau mengacaukan baginya,' kata Lupin dengan senyum puas.
    'Bagaimana?' Harry bertanya, bingung.
    'Kau tidak seharusnya selamat!' kata Sirius. 'Seharusnya tak seorangpun kecuali para Pelahap Mautnya tahu bahwa dia telah kembali. Tapi kau selamat untuk menjadi saksi.'
    'Dan orang terakhir yang ingin dibuatnya siap siaga atas kembalinya pada saat dia kembali adalah Dumbledore,' kata Lupin. 'Dan kau meyakinkan bahwa Dumbledore tahu seketika.'
    'Bagaimana hal itu bisa membantu?' Harry bertanya.
    'Apakah kau bercanda?' kata Bill dengan tidak percaya. 'Dumbledore adalah satu-satunya orang yang pernah ditakuti Kau-Tahu-Siapa!'
    'Berkat dirimu, Dumbledore bisa memanggil kembali Order of Phoenix sekitar satu jam setelah Voldemort kembali,' kata Sirius.
    'Jadi, apa yang sedang dikerjakan Order?' kata Harry, sambil melihat sekeliling kepada mereka semua.
    'Bekerja sekeras yang kami bisa untuk meyakinkan bahwa Voldemort tidak bisa menjalankan rencana-rencananya,' kata Sirius.
    'Bagaimana kalian tahu apa rencana-rencananya?' Harry bertanya dengan cepat.
    'Dumbledore punya ide cerdas,' kata Lupin, 'dan ide-ide cerdas Dumbledore biasanya terbukti akurat.'
    'Jadi apa yang dikira Dumbledore sedang dia rencanakan?'
    'Well, pertama-tama, dia ingin membangun laskarnya lagi,' kata Sirius. 'Dulu dia punya sejumlah besar yang menuruti perintahnya: para penyihir wanita dan pria yang telah diancamnya atau disihirnya untuk mengikuti dia, para Pelahap Mautnya yang setia, beraneka ragam makhluk Hitam. Kau mendengar dia merencanakan untuk merekrut para raksasa; well, mereka hanya salah satu kelompok yang dia kejar. Dia jelas tidak akan mencoba menghabisi Menteri Sihir hanya dengan selusin Pelahap Maut.'
    'Jadi kalian mencoba menghentikannya mendapat lebih banyak pengikut?'
    'Kami mencoba sebaik mungkin,' kata Lupin.
    'Bagaimana caranya?'
    'Well, yang terutama adalah mencoba meyakinkan sebanyak orang mungkin bahwa Kau-Tahu-Siapa benar-benar telah kembali, untuk membuat mereka berjaga-jaga,' kata Bill. 'Walau terbukti sangat sulit.'
    'Mengapa?'
    'Karena sikap Kementerian,' kata Tonks. 'Kau bertemu Cornelius Fudge setelah Kau-Tahu-Siapa kembali, Harry. Well, dia belum mengubah posisinya sama sekali. Dia benar-benar menolak untuk percaya hal itu terjadi.'
    'Tapi mengapa?' kata Harry dengan putus asa. 'Mengapa dia begitu bodoh? Kalau Dumbledore --'
    'Ah, well, kau telah menunjuk ke masalahnya,' kata Mr Weasley dengan senyum masam. 'Dumbledore.'
    'Fudge takut pada dirinya, kau tahu,' kata Tonks dengan sedih.
    'Takut kepada Dumbledore?' kata Harry tidak percaya.
    'Takut apa yang sedang dilakukannya,' kata Mr Weasley. 'Fudge mengira Dumbledore sedang membuat rencana untuk menjatuhkannya. Dia mengira Dumbledore ingin menjadi Menteri Sihir.'
    'Tapi Dumbledore tidak ingin --'
    'Tentu saja tidak,' kata Mr Weasley. 'Dia tidak pernah mau pekerjaan Menteri itu, walaupun banyak orang menginginkan dia mengambilnya ketika Millicent Bagnold pensiun. Alih-alih, Fudge yang mendapat kekuasaan, tapi dia tidak pernah benar-benar lupa betapa banyak dukungan publik yang dimiliki Dumbledore, walaupun Dumbledore tidak pernah melamar pekerjaan itu.'
    'Jauh di lubuk hatinya, Fudge tahu Dumbledore jauh lebih pandai darinya, penyihir yang jauh lebih kuat, dan pada masa-masa awalnya di Kementerian dia selalu bertanya kepada Dumbledore untuk mendapat bantuan dan nasehat,' kata Lupin. 'Tapi kelihatannya dia telah mabuk kekuasaan, dan jauh lebih percaya diri. Dia suka menjadi Menteri Sihir dan dia mampu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dialah yang pandai dan Dumbledore hanya membuat masalah.'
    'Bagaimana dia bisa berpikir begitu?' kata Harry dengan marah. 'Bagaimana dia bisa mengira Dumbledore hanya mengada-ada -- bahwa aku mengada-ada?'
    'Karena menerima bahwa Voldemort telah kembali akan berarti masalah yang belum pernah dihadapi Kementerian selama hampir empat belas tahun,' kata Sirius dengan getir. 'Fudge hanya tidak bisa membuat dirinya menghadapi hal itu. Jauh lebih nyaman meyakinkan diri sendiri bahwa Dumbledore sedang berbohong untuk membuatnya goyah.'
    'Kau lihat masalahnya,' kata Lupin. 'Selagi Kementerian bersikeras bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dari Voldemort sulit meyakinkan orang-orang bahwa dia telah kembali, terutama karena mereka sejak awal tidak ingin mempercayainya. Terlebih lagi, Kementerian sangat mengandalkan Daily Prophet untuk melaporkan apa yang mereka sebut jual-rumor oleh Dumbledore, jadi kebanyakan komunitas penyihir sepenuhnya tidak menyadari apapun yang sedang terjadi, dan itu membuat mereka jadi target mudah bagi para Pelahap Maut kalau mereka menggunakan Kutukan Imperius.'
    'Tapi kalian sedang memberitahu orang-orang, bukan?' kata Harry sambil melihat berkeliling kepada Mr Weasley, Sirius, Bill, Mundungus, Lupin dan Tonks. 'Kalian membiarkan orang-orang tahu dia sudah kembali?'
    Mereka semua tersenyum tanpa merasa lucu.
    'Well, karena semua orang mengira aku pembunuh masal gila dan Kementerian memberi harga sepuluh ribu Galleon untuk kepalaku, aku hampir tidak bisa berjalan menyusuri jalan dan mulai membagi-bagikan selebaran, benar 'kan?'
   'Dan aku bukan tamu makan malam yang sangat populer dengan kebanyakan komunitas penyihir,' kata Lupin. 'Sudah resiko pekerjaan menjadi seorang manusia serigala.'
   'Tonks dan Arthur akan kehilangan pekerjaan mereka di Kementerian kalau mereka mulai berbicara yang bukan-bukan,' kata Sirius, 'dan penting sekali bagi kami untuk punya mata-mata di Kementerian, karena kau bisa bertaruh Voldemort pasti punya.'
   'Walau begitu, kami berhasil meyakinkan beberapa orang,' kata Mr Weasley. 'Tonks di sini ini -- contohnya -- dia terlalu muda untuk berada dalam Order of Phoenix yang dulu, dan memiliki Auror di sisi kita adalah keuntungan besar -- Kingsley Shacklebolt juga telah menjadi aset nyata; dia bertanggung jawab atas perburuan Sirius, jadi dia telah memberikan Kementerian informasi bahwa Sirius ada di Tibet.'
   'Tapi kalau tidak satupun dari kalian menyebarkan berita bahwa Voldemort sudah kembali --' Harry mulai.
   'Siapa bilang tidak satupun dari kami menyebarkan berita?' kata Sirius. 'Kaukira mengapa Dumbledore terlibat masalah?'
   'Apa maksudmu?' Harry bertanya.
   'Mereka mencoba mendiskreditkan dia,' kata Lupin. 'Tidakkah kau baca Daily Prophet minggu lalu? Mereka melaporkan bahwa dia telah dikeluarkan dari Ketua Konfederaasi Penyihir Internasional karena dia mulai tua dan kehilangan kendali, tapi itu tidak benar; dia dikeluarkan oleh para penyihir Kementerian setelah dia berpidato mengumumkan kembalinya Voldemort. Mereka menurunkannya dari Kepala Penyihir di Wizengamot -- itu Mahkamah Tinggi Penyihir -- dan mereka mengatakan juga akan mengambil Order of Merlin, Kelas Pertamanya.'
   'Tapi Dumbledore berkata dia tidak peduli apa yang mereka lakukan selama mereka tidak mengenyahkannya dari Kartu-Kartu Cokelat Kodok,' kata Bill sambil menyeringai.
   'Itu bukan hal untuk ditertawakan,' kata Mr Weasley dengan tajam. 'Kalau dia terus melawan Kementerian seperti ini dia bisa berakhir di Azkaban, dan hal terakhir yang kita mau adalah Dumbleldore terkurung. Selagi Kau-Tahu-Siapa tahu Dumbledore ada di luar sana dan tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya dia akan terus hati-hati. Kalau Dumbledore tak lagi jadi penghalang -- well, Kau-Tahu-Siapa akan punya jalan yang bebas rintangan.'
   'Tapi kalau Voldemort sedang berusaha merekrut lebih banyak Pelahap Maut pasti akan bocor kalau dia sudah kembali, bukankah begitu?' tanya Harry dengan putus asa.
   'Voldemort tidak berbaris ke rumah-rumah orang dan menggedor-gedor pintu depan mereka, Harry,' kata Sirius. 'Dia menggunakan tipuan, kutukan dan pemerasan pada mereka. Dia sangat terlatih untuk beroperasi secara rahasia. Lagipula, mengumpulkan pengikut hanya salah satu hal yang diminatinya. Dia juga punya rencana-rencana lain, rencana-rencana yang dapat dijalankannya dengan sangat diam-diam, dan dia sedang berkonsentrasi pada hal itu pada saat ini.'
   'Apa yang sedang dia kejar selain para pengikut?' Harry bertanya dengan cepat. Dia mengira melihat Sirius dan Lupin saling berpandangan sekilas sebelum Sirius menjawab.
   'Benda yang hanya bisa dia peroleh secara sembunyi-sembunyi.'
   Ketika Harry masih tampak bingung, Sirius berkata, 'Seperti sebuah senjata. Sesuatu yang tidak dimilikinya dulu.'
   'Sewaktu dia berkuasa dulu?'
   'Ya.'
   'Seperti sejenis senjata?' kata Harry. 'Sesuatu yang lebih buruk dari Avada Kedavra --?'
   'Sudah cukup!'
   Mrs Weasley berbicara melalui bayangan di samping pintu. Harry tidak memperhatikan kembalinya dia dari membawa Ginny naik. Lengannya bersilang dan dia tampak marah besar.
   'Aku mau kalian ke tempat tidur sekarang. Kalian semua,' dia menambahkan sambil melihat berkeliling kepada Fred, George, Ron dan Hermione.
   'Ibu tidak bisa menyuruh-nyuruh kami --' Fred mulai.
   'Lihat saja,' gertak Mrs Weasley. Dia sedikit gemetaran ketika dia memandang Sirius. 'Kau telah memberi Harry banyak informasi. Lebih banyak lagi dan kau sekalian saja langsung memasukkannya ke dalam Order.'
   'Kenapa tidak?' kata Harry dengan cepat. 'Aku akan bergabung, aku ingin bergabung, aku mau bertarung.'
   'Tidak.'
   Bukan Mrs Weasley yang berkata kali ini, tetapi Lupin.
   'Order hanya terdiri atas penyihir-penyihir yang sudah cukup umur,' katanya. 'Penyihir-penyihir yang telah meninggalkan sekolah,' dia menambahkan, ketika Fred dan George membuka mulut mereka. 'Ada bahaya-bahaya yang dilibatkan yang tidak akan pernah kalian pikirkan, satupun dari kalian ... kukira Molly benar, Sirius. Kita telah berkata cukup.'
   Sirius setengah mengangkat bahu tetapi tidak berdebat. Mrs Weasley memberi isyarat dengan memerintah kepada anak-anaknya dan Hermione. Satu per satu dari mereka berdir dan Harry, mengenali kekalahannya, mengikuti mereka.

Previous Next

Tidak ada komentar:

Posting Komentar